Minggu, 13 Juli 2014

Gak tau kenapa ni hari gua lagi demen bingit buat bikin postingan di blog, padahal ni blog udah karatan kalee karena seringnya aku diemin dan acuhkan karena aku akhir-akhir ini selingkuh sama tugas-tugas kuliah, hehe... #gaknyambung, wkwkwk... 

Oke intronya udah, kembali ke topik, langsung cuss aja yak pemirsuu... jujur aku demen bingit sama novel ntu ini, dari sejak pertama kali beli hingga sekarang gak tau udah berapa kali aku baca sangking senengnyuaa.

Novel ini bercerita tentang sepasang suami istri yang bernama Rangga dan Hanum. Nah si mbak Hanum ini putrinya pak Amien Rais, gak tau yang nomor berapa, maap yee mbak Hanum aku kagak tau detailnya, hihi. Okey kembali ke cerita. Mas Rangga ini dia seorang mahasiswa doktoral yang menerima beasiswa di Austria, di Eropa sono, nah Si Mbak Hanum itu kan istrinya dia mengikuti suaminya ke Austria sono, tinggal bareng sama suaminya. Di novel ini ceritanya setelah mbak Hanum ini tinggal di Austria di Wina di ketemu sama Fatma Pasha temennya kursus bahasa Jerman, nah lewat temennya Fatma ini dimulailah perjalanan menampaki jejak-jejak Islam di Eropa. Si Fatma ini wanita asal Turki, di sabar, penyayang, dan lemah-lembut, saking ramahnya ada 2 bule yang waktu itu njelekkin negara Turki, eh malah ditraktir sama si Fatma ini. Fatma ini punya anak namanya Aysee. Eh tapi kasian neh sama anaknya Fatma si Aysee ntu, dia sakit kanker darah dan akhirnya meninggal, uhuk..uhuk.. Pokoknya cerita ini berpusat pada tadabur jejak-jejak keagungan Islam di masa lalu di Eropa.

Ada beberapa kisah dan fakta yang menarik yang bakalan rugi bingit kalo dilewatkan begitu saja. Fakta pertama yang menurutku sangat menarik yang terdapat di novel ini yaitu, adanya kalimat "Laa Ilaa ha Illallah" di lukisan hijab bunda maria di museum Louvre. Fakta Kedua, ada seorang Raja di Italia namanya Roger II of Sicily yang pada hari koronasinya memakai jubah yang ada tulisan kalimat tauhid. Fakta ke tiga, bahwa sebenernya Napoleon Bonaparte itu ialah muslim. Terus nih bunga Tulip dan kopi capuccino itu berasal dari Turki. Nah untuk lebih lengkapnya baca aje yee sendiri, ntar para pembaca yang budima bakalan termehek-mehek deh ketika baca novel ini dijamin gak bakalan nyesel, suwiiirrr, apalagi pas denger ceritanya ada satu tempat makan yang bernama Der Wiener Deewan, yang memiliki konsep unik, yaitu makan sepuasnya, bayar seiklasnya, summpriiittt bakalan menganga deh kalian, so untuk kutipan-kutipannya yookk kita simak berikut ini:
  1. Hakikat sebuah perjalanan bukanlah sekedar menikmati keindahan dari suatu tempat ke tempat lain. Bukan sekedar mengagumi dan menemukan tempat-tempat unik di suatu daerah dengan biaya semurah-murahnya. Menurut saya, makna sebuah perjalanan harus lebih besar daripada itu. Bagaimana perjalanan tersebut bisa membawa pelakunya naik ke derajat yang lebih tinggi, memperluas wawasan sekaligus memperdalam keimanan. Sebagaimana yang dicontohkan oleh perjalanan hijrah Nabi Muhammad saw. Dari Mekkah ke Madinah.
  2. Wahai ankku! Dunia ini bagaikan samudra tempat banyak ciptaan-ciptaan-Nya yang tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan menyebut nama Allah. Jadikan ketakutanmu pada Allah sebagai kapal-kapal yang menyelamatkanmu. Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu, logika sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan sebagai nahkoda perjalananmu; dankesabaran sebagai jangkar dalam setiap badai cobaan (Ali bin Abi Thalib ra.).
  3. Misi kita adalah menjadi agen Islam yang damai, teduh, indah, yang membawa keberkahan di omunitas nonmuslim. Dan itu tidak akan pernah mudah.
  4. Sekarang ini dibutuhkan mendesak agen muslim yang menebar kebaikan dan sikap positif. Yang kuat menahan diri, mengalah bukan karena kalah, tetapi mengalah karena sudah memetik kemenangan hakiki. Membalas olok-olok bukan dengan balik mengolok-olok, tetapi membalasnya dengan memanusiakan si pengolok-olok.
  5. Ini yang selalu dikatakan Fatma berulang-ulang menjadi agen muslim yang baik di Eropa. Agen muslim yang menebar kebaikan. Bawalah nama baik Islam. Jangan sampai memalukan atau malah mencemarkan.
  6. Konsep ikhlas memberi dan menerima. Take and give. Natalie Deewan percaya bahwa sisi terindah dari manusia yang sesungguhnya adalah kedermawanan.
  7. Janji Allah agar umatnya "ikhlas berderma, bersedekah, berzakat, atau apa pun istilahnya, niscaya akan bertambah kaya" memang benar-benar terbukti.
  8. Fatma membukakan mata bahwa lima pilar inti ajaran Islam juga harus tersuguh dengan akhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya dimaknai sebagai tata cara ibadah.
  9. Tapi dia percaya keteladanan berbicara lebih keras daripada kata-kata.
  10. Dia yakin, air talang yang hanya jatuh setetes-setetes pada batu yang keras lama-lama bisa membuat ceruk di permukaannya. Butuh waktu memang, tapi dengan kelembutan, ketekunan, dan komitmen, tetesan air mampu menembus kerasnya bebatuan. Batu pun berubah bentuk tanpa luka dan goresan. Menjelma menjadi batuan baru alami yang bukan dibentuk oleh gesekan mesin atau gosokan parang. 
  11. Fatma yakin bahwa menebar pengaruh kepada seseorang dengan cara-cara yang memaksakan, menggurui, menghasut, menyerang, atau membandingkan sudah bukan zamannya lagi. Bagi Fatma, semua itu sudah usang sejak dia sadar bangsanya pernah menyimpan memori buruk kegagalan.
  12. Percaya atau tidak, sugesti atau bukan, jika aku sudah berkeluh kesah dengan Tuhan di masjid, rasanya pikiran ini segar dan enteng kembali.
  13. Perang memang tidak pernah menjadi jawaban untuk meraih kekuasaan. Yang ada hanya kehilangan.
  14. Andai saja Kara Mustafa paham bahwa pedang dan kebencian hanya akan menghasilkan kerugian.
  15. Syiar muslim di Austria, 1 Tebarkan senyum indahmu, 2 Kuasai bahasa Jerman dan Inggris, 3 Selalu jujur dalam berdagang.
  16. Senyumlah. Memberi senyum adalah sedekah.
  17. Pesan yang tersirat dan tersurat pertama kali dari nama Islam itu sendiri: Jalan menuju damai.
  18. Saat itu aku yakin, orang-orang ini memahami dan mengerjakan tuntunan Islam dengan kafah. Mereka paham bahwa dengan mengucap syahadah, melekat kewajiban sebagai manusia yang harus terus memancarkan cahaya Islam sepanjang zaman dengan keteduhan dan kasih sayang. Bagiku, orang-orang seperti ini tadinya too good to be true, tapi aku berani berkata: they are really true.
  19. Toh ini hanya permainan. Harus ada yang menang dan kalah. Kehilangan yang sementara saja.
  20. Hidayah turun tak pernah tahu di mana dan bagaiman. Tidak semua orang yang mengucap syahadat mendapatkannya saat di Sungai Danube. Banyak cara dan jalan ketika hidayah itu muncul, lalu meresap ke dalam hati dan jiwa. 
  21. Pada dasarnya semua orang mendapatkan hidayah itu. Pada satu titik dalam kehidupannya, setiap manusia di dunia ini pada dasarnya pernah berfikir tentang siapakah dirinya, mengapa dan untuk apa dia hidup, dan adakah kekuatan di atas kekuatan hidupnya. Hanya saja ada yang kemudian mencari dan menelisik, ada pula yang membuangnya jauh-jauh atau melupakannya. Yang mencari pun ada yang caranya salah dan keliru Dan sebagainya dan sebagainya. Tapi pada akhirnya, semua kembali ke individu itu sendiri. Ketika orang sudah mempunyai pendirian, kita tidak berhak mengusiknya. Orang yang datang kemari bukanlah mereka yang dipaksa, melainkan mereka yang "mencari", sementara saya hanya berusaha menunjukkan.
  22. Keterpaksaan terkadang menjadikan kita mandiri.
  23. Ya Allah, bekal akhirat kami belum tuntas. Biarkan kami terus hidup beberapa waktu lagi.
  24. Sejauh-jauhnya orang terhadap agama, pada akhirnya dia tak akan sanggup menjauhkan Tuhan dari hatinya. Meski pikiran dan mulutnya bisa mengingkari-Nya, ruh dan sanubari manusia tidak akan pernah sanggup berbohong.
  25. Tak ada yang tahu rahasia hati manusia kecuali Tuhan, kan?
  26. Arti kufic ini kurang lebih 'ilmu pengetahuan itu pahit pada awalnya, tetapi manis melebihi madu pada akhirnya'.
  27. Agama dan ilmu harus membentuk keseimbangan yang tak bisa dibentur-benturkan. Keduanya tak boleh mengkafiri yang lainnya. Baik agama dan ilmu pengetahuan harus membuka diri satu sama lain. Kalau tidak, keseimbangan itu akan runtuh. Kekuatan yin dan yang harus saling melengkapi, tidak boleh saling mengingkari.
  28. Kalau ini artinya 'Janganlah menelantarkan harapan. Perjuangan masih panjang'.
  29. Kekuatan ide dan pesan perdamaianlah yang membuat Islam bersinar. Bukan kekuatan pedang tajam.
  30. Kisah nyata tentang pria yang berjuang menyelamatkan ratusan Yahudi di Polandia dari pengiriman ke camp kematian dengan mempekerjakan mereka di perusahaannya. Aku merasa imam masjid ini, siapapun dia, juga mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan orang-orang yang sama sekali tak ada hubungan dengan dirinya. Namun dia yakin dengan perintah Allah dalam Al-Qur'an tentang kewajiban menyelamatkan jiwa umat manusia yang lain apa pun agama mereka, apa pun kepercayaan mereka. Karena dengan demikian dia sama saja menyelamatkan seluruh manusia di bumi.
  31. Fatma benar, menjalankan ibadah sebagai minoritas adalah tantangan tersendiri, apalagi dalam lingkungan ateis yang tidak mengenal Tuhan apalagi tuntunan agama.
  32. Mengalah itu tidak kalah, melainkan menang secara hakiki.
  33. Aku tidak mau makan babi karena aku sangat 'mencintai' perintah dan larangan Tuhanku.
  34. Perasaan nikmat seperti itu, Stefan, yang kita kejar ketika berpuasa. Toh kau tahu, ini tetap carbonarra yang sama seperti yang biasanya kaumakan. Tapi aku yakin yang ini terasa jauh lebih nikmat. Nikmat karena berhasil menaklukan sesuatu dalam diri kita. Yah, kalau kaupercaya ada setan, sebenarnya setan itu yang telah kita taklukkan. Perasaan bersalah muncul karena akhirnya kau merasa kalah. Air putih yang tadinya kauanggap paling nikmat, ternyata tetap air putih biasa. Kau membiarkan setan membisikimu, membiarkannya menggodamu. kemudian kamu menyesal, kau tidak mendapatkan apa yang setan janjikan.
  35. Kau membayar premi asuransi agar kau tenang. Demikian juga aku. Aku bisa menganalogikan semua ibadah yang kulakukan sebagai premi yang harus kubayarkan kepada Tuhan. Agar aku merasa tenang dan damai.
  36. Ibadah menyangkut dimensi spiritual yang hanya bisa dimaknai dalam kerangka keikhlasan.
  37. Jika dia mengakui pengandaian Stefan, itu berarti dia telah mengingkari ikrar pertamanya sebelum lahir di bumi ini, ketika malaikat membisikinya untuk bersyahadat di dalam rahim ibunya. Sebuah kontrak suci untuk percaya pada Tuhan, hanya satu Allah. Lalu bayi itu menangis keras saat semua orang tertawa gembira melihat kelahirannya. Menangis kerena dia takut mengingkari kontrak suci dengan Tuhannya kelak. Lalu ikrar itu dia pikul dalam perjalanan hidupnya dan harus berhasil dia peluk terus hingga ujung hayatnya, untuk dia pertanggungjawabkan kelak.
  38. Kalau Tuhan itu ternyata tidak ada...nothing to lose, Stefan. Toh aku tak kehilangan apa pun di dunia ini. Setidaknya aku bahagia ada 'perasaan' yang membuatku menjalani hidup lebih baik, tenang, damai, tanpa waswas. Aku tak ingin menyesal pada hari tuaku, bahwa hidupku hanya kuhabiskan dengan kesia-siaan. Itu saja....
  39. Sesungguhnya shalat itu lebih baik daripada tidurmu.
  40. Untuk apa memaksakan sesuatu yang lebih besar mudharatnya daripada manfaatnya?
  41. Kali ini aku berpikir-pikir tentang begitu banyaknya sengketa dan konflik horizontal yang sering terjadi di Indonesia atas dasar agama. Sungguh manusia itu hanya kurang berpikir untuk mencari jalan keluar yang menenangkan dan melegakan kedua belah pihak. Manusia selalu ingin terlihat mulia dan setia di hadapan Tuhan dengan membela mati-matian apa yang dianggap benar di mata Tuhan. Padahal, belum tentu Tuhan berkenan...
  42. Kalian tahu... betapa Islam, Kristen, dan Yahudi berada dalam ruang suka cita di negeri ini. Untuk beberapa lama. Urusan siapa yang benar dan siapa yang salah dengan keyakinan mereka itu tidaklah penting. Biarlah nanti setelah ajal menjemput terbukti sendiri siapa yang benar dan siapa yang salah. Selagi di dunia, kita tidak mengurusi hal semacam itu.
  43. Eropa saat ini sangat menjunjung tinggi nama besarnya. Dia Averroes atau Ibnu Rushd. Filusuf terkenal dari Cordoba. Dia yang memperkenalkan the double truth doctrine, dua kebenaran yang tak terpisahkan antara agama dan ilmu pengetahuan atau sains. Sayang karena trauma agama, kini manusia Eropa hanya percaya yang terakhir.
  44. Sains dan agama. Dua sisi yang tak bisa dipisahkan begitu saja. Lagi-lagi aku teringat pada tulisan-tulisan puisi Kufic di Louvre Paris. Betapa pada awalnya sains sangat menyakitkan, bahkan untuk para pemuka agama di Eropa saat itu, tatkala mereka harus menemukan kenyataan bumu bukanlah pusat segala-galanya. Namun setelah itu, sains begitu memaniskan hidup kita sekarang ini, bahkan manisnya mengalahkan madu.
  45. Aku begitu yakin, Islam yang awet, yang abadi dalam diri setiap orang, adalah Islam yang datang dengan jalan damai.
  46. Aku selalu yakin, dalam setiap perjalanan, orang-orang yang kami temui adalah guru tak terencana bagi kami.
  47. Aku semakin yakin, esensi sejarah bukanlah hanya siapa yang menang dan siapa yang kalah. Lebih dari itu: siapa yang lebih cepat belajar dari kemenangan dan kekalahan.
  48. Bagi mereka, orang-orang yang bunuh diri adalah orang-orang bodoh yang tak mempergunakan hidup dengan sebaik-baikknya. Tapi bagiku sendiri, bukan sekadar itu. Lebih dalam dan lebih menggetirkan. Mereka jelas orang-orang yang tak berpegang lagi kepada Tuhan Yang Maha Menyemangati Hidup.
  49. Bahwa setiap pertemuan berujung pada perpisahan. Sebuah kenyataan yang sering kita lupakan, karena seakan-akan ibu, bapak, saudara-saudara kandung kita, anak-anak kita, bahkan pasangan hidup kita, adalah milik kita selama-lamanya. Kita lupa betapapun kita menyayangi mereka, mereka bukanlah milik kita seutuhnya. Demikian pula kita, bukan milik mereka seutuhnya. Menyadari kembali bahwa perpisahan pasti akan datang menghampiri seharusnya menjadi pelecut untuk memberikan yang terbaik kepada mereka yang kita sayangi di dunia ini. Tak hanya orang-orang terdekat dalam lingkaran keluarga, namun juga orang-orang yang jauh jangkauannya dari tangan kita.
  50. Yang paling penting dari mempelajari sejarah adalah bukan hanya kemampuan menjabarkan siapa yang menang siapa yang kalah, melainkan mengadaptasi semangat untuk terus menatap ke depan, mengambil sikap bijak darinya dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dunia.
  51. Manusia sesungguhnya hanya membela kepentingannya sendiri. Dia tak pernah benar-benar membela agamanya.
  52. Agaknya Tuhan memang sudah merencanakan semuanya dengan indah. Allah memang tidak mengabulkan keinginan Fatma di Wina, tapi Dia menggantinya dengan takdir lain yang lebih baik.
  53. Sekarang ini anak-anak mungkin melupakan sejarah agama. Aku ingin suatu saat nanti, dari awal kedatangan di dunia ini seluruh anak muslim tahu, tiada kebanggaan yang berarti kecuali menjadi muslimm. Aku ingin mereka lahir sebagai muslim karena mereka memahami, meresapi, mengenal, menyentuh, merasakan, dan mencintai Islam, bukan karena paksaan orang lain. Dan aku ingin mereka tahu bahwa dalam setiap waktu, dalam masa depan mereka, mereka akan menemui orang-orang yang berbeda dalam hal kepercayaan, bahasa dan bangsa. Aku akan mengajarkan pada mereka bahwa perbedaan terjadi bukan karena Tuhan tidak bisa menjadikan kita tercipta sama. Menciptakan manusia homogen itu bukan perkara sulit untuk-Nya. Itu semua terjadi justru karena Tuhan Maha Tahu, jika kita semua sama, tidak ada lagi keindahan hidup bagi manusia. Jadi, nikmatilah perbedaan itu.
  54. Bahwa membuat orang bahagia sekaligus diri kita bahagia sungguh sangat mudah, asalkan kita membuka mata hati kita.
  55. Sekuat apa pun daya manusia untuk mencoba, jika Allah berkehendak lain, mustahil dia bisa mewujudkannya.
  56. Karena aku yakin, Allah telah menyempurnakan Islam. Allah telah meridhai Islam sebagai agama yang membawa keselamatan bagi seluruh umat manusia, sampai akhir zaman. Allah membiarkan umat Islam mengalami sendiri pasang surut seperti itu, agar manusia-manusia bisa belajar dari sejarahnya, dari orang-orang terdahulu. Belajar dari keberhasilan sekaligus kegagalan agar manusia memiliki dua sayap pengalaman yang lengkap, untuk membuatnya terbang lebih tinggi pada kemudian hari.
  57. Pergilah, jelajahilah dunia, lihatlah dan carilah kebenaran dan rahasia-rahasia hidup; niscaya jalan apa pun yang kaupilih akan mengantarkanmu menuju titik awal. Sumber kebenaran dan rahasia hidup akan kautemukan di titik nol perjalananmu. Perjalanan panjangmu tidak akan mengantarkanmu ke ujung jalan, justru akan membawamu kembali ke titik permulaan. Pergilah untuk kembali, mengembaralah untuk menemukan jalan pulang. Sejauh apa pun kakimu melangkah, engkau pasti akan kembali ke titik awal.
  58. Islam tidak pernah mempertentangkan wahyu dan akal, keyakinan dan rasionalitas.
  59. Iqra' bismirabbikalladzii kholaq. Jibril malam itu tak meminta Muhammad mendirikan shalat. Jibril tak menyuruhnya berpuasa atau berhaji. Jibril memintanya melakukan satu hal. Membaca-menelaah tanda-tanda alam dan mencari terus sumber-sumber kebenaran segala daya upaya, seperti yang dilakukan Ibrahim as. Ayat tersebut juga dilengkapi perintah untuk membaca sekaligus menyebut asma Allah agar manusia tidak terjerumus dengan keterbatasan akal yang hanya bisa menyesatkan. Demikianlah wahyu Al-Qur'an yang turun pertama kali itu mengingatkan manusia untuk senantiasa bertauhid dalam perjalanan mencari kebenaran melalui akalnya. 
  60. Ibrahim as. yang memperkenalkan, Muhammad saw. yang menyempurnakan.
Sekian postingan puanjang bak kereta api ini, semoga apa yang kalian baca dapat bermanfaat, amiiiinnn..... Oh iya selamat membaca..... I hope you enjoy... hehe...

0 komentar:

Posting Komentar