Senin, 23 September 2013

Postingan ini ada karena menindaklanjuti dari postingan-postingan berikut ; ini dan ini. Ceritanya nih gara-gara overdosis kopi kemaren kan lambungku sempat protes hingga 2 minggu lebih, dan udah tiga kali periksa ke dokter namun gak sembuh-sembuh. Karena pemeriksaan dokter yang ketiga kemaren gak ada perubahan maka aku di beri rujukan untuk melakukan tes darah dan tes urin di Rumah Sakit, tepatnya di "Poli Penyakit Dalam", akhirnya dengan pasrah aku pun mengikuti anjuran dokter itu.
 

Rabu, 18 September 2013.


Setelah diberi surat rujukan untuk melakukan tes yang lebih mendetail, makannya aku harus melakukan tes kesehatan di RS. Pagi itu pukul 8.00 WIB aku tiba di RS bersama dengan ibuku, agak kagok juga sih karena baru kali ini aku diharuskan tes kesehatan di RS. Poli Penyakit Dalam tepatnya ada di bagian depan Rumah Sakit, disana udah banyak orang berjubel hendak periksa juga sama kaek aku. Setelah pengurusan administrasi dan mengantri, dipanggilah nama ku, oleh dokter yang memeriksa, aku ditanya apa keluhanku dan dicatat di buku kuning, setelah itu aku diharuskan menunggu di luar lagi, dan menunggu untuk diperiksa lebih dalam. 

Setelah beberapa saat menunggu, namaku kembali dipanggil, aku udah sangat nerves banget keringat dingin udah bercucuran di tubuhku. Takut aku terjangkit penyakit yang aneh-aneh. Setelah masuk, mataku sungguh berbinar pasalnya ada seorang dokter muda cowok yang bening-bening gitu deh, aku pun sempat bisik-bisikan sama Ibuku, haha, #cucimata1. Dokter muda itu usianya mungkin sekitar 24 taunnan atau mungkin selisih sedikit dengan usiaku, beuh wajahnya pokoknya tok cer dah, #sial. Ternyata oh ternyata yang memeriksaku bukan dokter muda cowok keren tadi, tapi seorang doker muda juga usianya sekitar 27 taunanlah, dia dengan sigap menanggapi keluhan-keluhanku, aku pun diberi surat rujukan untuk tes darah dan tes urin hari itu juga di Rumah Sakit. 

Tak lama kemudian aku keluar ruangan tersebut, dan menuju ke labolaturium rumah sakit untuk tes darah dan tes urin. di depan lab, ada banyak orang berjajar mengantri, aku gak kebagian tempat duduk jadi terpaksa berdiri, gak lama kemudian giliranku untuk diambil darahnya, aku masuk ruangan itu, ruangan 7 x 7 meter tersebut dipenuhi oleh alat-alat lab, aku pun pasrah untuk diambil darahnya. Ternyata yang bertugas untuk mengambil darahku ialah kenalan ibuku juga, jadi suasana gak begitu angker. Tiba saatnya aku diambil darahnya, dengan menahan nafas akhirnya jarum suntik dimasukkan ke lengan kananku, akupun agak bergidik begitu merasakan sakitnya ditusuk jarum. Setelah itu aku diminta untuk 'pipis' namun aku katakan kalu saat itu lagi tidak kebelet, si petugas tadi sempet tersenyum melihat tingkahku, wkwkwk, aku disuruhnya minum, namun karena gak ada persiapan apa-apa jadi gak bawa air minum, lantas aku keluar ruangan dan berkonsultasi sama ibuku bahwa aku masih belum 'kebelet'. Ibuku tersenyum mendengar aku berkata demikian, aku dipaksanya untuk pipis, dia menyakinkan aku kalau aku bisa pipis walaupun lagi gak kebelet, aku pun pasrah dan mengikuti sarannya. Ajaib, di WC lab rumah sakit itu aku bisa lancar untuk pipis, huahahaha, seneng deh rasanya, akhirnya aku serahkan urinku ke petugas tadi. Karena saat aku dateng ke lab, hari udah beranjak siang maka hasil tes itu akan keluar besok pagi, aku pun pulang ke rumah dengan perasaan was-was, juga sih kayak mau ambil raport takut kalau hasilnya jelek #gubrak. 

BERSAMBUNG KE POSTINGAN SELANJUTNYA...>>>

0 komentar:

Posting Komentar