Rabu, 19 Oktober 2016


Hai...hai.. para pembaca setia, apa kabar...?? baik-baik saja kan. Well, karena banyaknya pertanyaan yang datang bertubi-tubi melalui berbagai macam medsos dan contak pribadi, maka aku akan kabulkan permintaan kalian semua. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang masuk melalui postingan di blog #eaa... Dan untuk pertanyaan yang pertama yaitu datang dari majalah kampus waktu S1 dulu. Yaitu, tentang proses perjuangan dalam meraih beasiswa "Chinese Government Scholarships". Okay.. yuk simak penjelasanku berikut ini...

Bicara tentang proses dan perjuangan beasiswa tak lengkap kiranya jika tidak mengetahui asal-muasal motivasinya. Ingin tahu dari mana motivasi untuk meraih beasiswa dari pemerintah China ini...?? Semua itu berawal dari keingintahuanku tentang teka-teki sebuah hadist yang masih saja diperdepatkan ke-absahannya yaitu, "Uthlubul ilma walau bisshin" yang artinya. "Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China." well, kenapa harus China...? Ada apa dengan China...? Kenapa Rasulullah SAW menyuruh umatnya untuk menuntut ilmu sampai ke negeri China? Kenapa tidak Indonesia saja...?? dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang memenuhi otakku selama ini. Sampai dulupun waktu S1 skripsipun tak jauh dari tema "China". 

Atas dasar hadist trus juga pertanyaan-pertanyaan tentang keingintahuanku tersebut, akhirnya saya penasaran dan nekat buat mencari beasiswa ke China. Karena jika menuntut ilmu dengan biaya sendiri tidaklah mungkin, karena diri ini bukan berasal dari keluarga berada. Jadi, satu-satunya jalan yang bisa ditempuh yaitu dengan mencari beasiswa. Walaupun kenekatanku bisa dikatakan pada awalnya memicu pertentangan di keluarga, ehem. Ya, awalnya keluarga melarang aku untuk mencari beasiswa ke luar negara Indonesia tercinta. Atas dasar keamanan, dan bla..bla..bla.. namanya juga orang tua yak, anak perempuan tertua, nekat mencari ilmu di negara lain. Pastilah orang tua kuatir jika bla..bla..bla.. Okay lanjut.

Sebenarnya kendala untuk mencari beasiswa ini bagi saya pribadi datang dari keluarga. Butuh berbulan-bulan untuk meyakinkan kedua orang tua agar merelakan anak tertuanya yang unyu-unyu, imut-imut dan innocent ini di izinkan kelayaban di negara orang, hehehe #silahkan_mabok :P. Akhirnya setelah menunjukkan kemauan kuat saya yang teramat ingin sekali mencari ilmu ke China dengan segala resiko yang akan terjadi. Akhirnya mereka mantab melepas saya dengan berbekal basmallah pada tanggal 11 September 2016 mengantarkan saya terbang untuk mencari ilmu di bumi Shanghai, China.

Ada kisah lucu juga sih waktu pertama kali daftar beasiswa ini. Semua persyaratan sudah beberapa hari lalu dikirim lewat email DIRJEN DIKTI, dan hanya tinggal menunggu pengumuman lolos seleksi administrasi tahap 1. Waktu itu pas waktu Magrib, ortu ngomel-ngomel karena aku pengangguran baru, kerjaannya cuman nongkrongin mbah Google aja tiap hari. Akunya disuruh nyari kerja, tapi aku gak mau, dengan alasan mau mencari beasiswa. Tentu saja ortu marah dong, karena beliau beralasan mencari beasiswa itu susah apalagi untuk jenjang master ke luar negeri pulak. Pasti pesaingnya di Indonesia banyak, belom lagi pesaing-pesaing dari lulusan universitas ternama. Tapi akunya tetep keukeuh dengan keputusanku, sudah memantabkan niat mencari beasiswa ke China tahun ini. Taunya malam jam 12 pas buka email, ada email dari dikti yang menyatakan saya lolos seleksi administrasi dan berhak diajukan sebagai peserta penerima beasiswa oleh pemerintah China. Oleh semenjak itulah, orang tua saya berubah fikiran sedikit lebih sedikit dalam mendukung impian saya. 

Setelah itu proses perjuangan untuk meraih beasiswa ini diwarnai lari-lari melengkapi berkas-berkas persyaratan yang diminta oleh pemerintah China. Berkas-berkas yang diminta agak banyak, sih (untuk informasi lebih lanjut klik link berikut ini). Tapi bukan itu yang bikin gemesss yaa pemirsa. Yang bikin gemes kayak ngeremes-remes hati yaitu deadline pengumpulan berkas-berkas yang cuman diberi waktu 3 hari saja untuk melengkapinya. Tapi yang lebih kampret lagi yaa... Bersabar dalam PHPan tingkat internasional dalam menanti pengumuman lolos beasiswa tahap akhir dan penantian pengumuman kampus mana yang bersedia menampung dirikyu. 

Dan, Taraaa...... akhirnya dengan mengucap hamdallah pada tanggal 16 Agustus 2016, sehari sebelum perayaan HUT RI ke-71 pengumuman yang dinanti berbulan-bulan akhirnya nongol juga. Dan, kampus yang namanya Shanghai Normal University memutuskan mau menerimaku apa-adanya, wkwkwk. 


 Mau tau foto-foto kampus baruku (Shanghai Normal University)??? Yuk Stay tuned...

Gerbang utama kampus Shanghai Normal University, awas jangan baper :P 





 Kantin kampus timur :), yang lantai 2 khusus kantin makanan halal 
Gedung tempat aku kuliah
Instansi-intansi yang bekerja sama dengan fakultasku

Taman kampus 
Gedung masuk asrama ku, namanya Guojiao :)
Kamarku :)


 Tempat tidur si Rommate :P
tempat tidurku :)
Tipi :)) Abaikan pelem yang ku tonton, wkwkwk :P
Kulkas dan isinya untuk sementara waktu :))
Kamar mandi 
Dan tara... ini foto penghuninya. abaikan mukaku yak, hehe. BTW, itu si Rommateku dari Kazakhstan. Beruntung banget dia bisa ngomong English, kalau kagak tiap hari kejang-kejang kalau harus ngomong pake bahasa tubuh. 

Yak kira-kira begitulah kisah awal mula perjuanganku dalam proses mendapatkan beasiswa Chinese Government Scholarships. Mau tau kisah selanjutnya, jangan lupa comment dan stay tuned yak... hehe maksa :P.

2 komentar:

  1. Mungkin aku yang pertama komentar? Tulisannya bagus, ringan,renyah, gurih dan nikmat. Lanjutkan menulis dan kuliahnya. Semoga Sukses

    BalasHapus