Kamis, 30 Maret 2017


Gambar diambil dari sini

Halo para pembaca setia, masih setia mengikuti blog ini? pertama-tama, salam hangat yaa dari Shanghai. Seperti yang kalian tahu sekarang ini kesibukanku adalah study lanjutan di Shanghai Normal University, setelah setahun yang lalu resmi memperoleh besiswa penuh dari Pemerintah Tiongkok (China). Tapi bukan itu yang akan aku angkat menjadi topik pada postingan kali ini, So stay tuned yaa.

Menyandang status sebagai mahasiswa asing di negeri asing tentu tidak lah mudah, banyak sekali tantangan yang aku hadapi akhir-akhir ini. Banyak sekali yang bilang bahwasannya berkuliah di luar negeri itu begini dan begitu enaknya. Tapi sebenarnya...?? Tet..tot.. Aaa.... susyah diungkapkan dengan kata-kata. Bukan untuk menakut-nakuti kalian-kalian yang ingin sekali belajar ke luar negeri. Tapi jika egoisme kalian masih tinggi, suka ngambekan, suka marah-marah gak jelas silahkan urungkan niat kalian untuk belajar sampai keluar negeri. Why....??? Karena kuliah sampai ke luar negeri itu bukan melulu tentang kepintaran. Tapi butuh banget ketahanan makan hati, haha... :P

Ketahanan makan ati tiap hari karena dimana-mana selalu nemuin miskom a.k.a miscommunication alias salah paham. Itulah tantangan lain yang ditemui jika kalian-kalian kuliah di luar negeri. Tapi dibalik itu semua justru jika kita mampu menuntaskan tantangan itu, malah jadi nilai plus sendiri nantinya. Sebagai contoh, Jika kalian kuliah di luar negeri, secara tidak langsung kalian akan bergabung ke dalam kumunitas berskala internasional. Teman dan kenalan kalian bukan lagi orang yang berbahasa dan berbudaya sama denganmu. So, banyak sekali tantang untuk menyatukan pola fikir untuk menjalin keutuhan sebuah hubungan baik.

Kuliah ke luar negeri pasti kebanyakan kalian bakalan punya yang namanya 'Roommate'. Jika kalian beruntung kalian akan mendapatkan roommate baik yang berasal dari negara yang sama. Tapi tak jarang juga memiliki roommate yang berasal dari negara yang berbeda. Contohnya aku nih, roommateku berasal dari negara yang 180 derajad berbeda dengan negara Indonesia. Karena dia berasal dari Kazakhstan. Negara kita negara maritim, negaranya termasuk landlocked countries yang artinya negaranya tidak memiliki lautan. Negaranya termasuk negara terdingin saat winter, sedangkan negara kita disinari matahari sepanjang tahun. Dari kondisi geografis saja sudah sangat berbeda, letaknyapun juga terpaut jauh, apalagi tentang budayanya. Maka, seperti waktu Rommateku mengajak pergi ke Ocean aquarium. Aku sih tidak terlalu excited melihat ikan-ikan atau hewan laut lainnya, karena sudah biasa melihatnya langsung di lautan bukan di aquarium, dan emang lebih memuaskan melihatnya langsung dihabitatnya. Sama halnya ketika aku mengajak pergi ke kota Harbin yang warbiasah dinginnya di winter buat ngeliat salju dan International Ice Festival dia ogah-ogahan, karena dingin dan salju udah biasa banget buat dia. 


Pointnya adalah menyatukan dua kepala, apa lagi dua kepala tersebut lahir dan besar di dua negara dan budaya berbeda itu merupakan tantangan sendiri. Apalagi untuk menjalih hubungan baik dengan banyak orang yang memiliki latar belakang dan budaya yang berbeda. Skill untuk menyukseskan itu bernama "interpretation". Interpretation itu proses dalam communikasi untuk mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan oleh lawan bicara dengan melihat gerak-gerik, bahasa tubuh, nada bicara, dan sebagainya untuk mempertimbangkan apa langkah selanjutnya dalam berinteraksi dengan si lawan bicara. Proses Interpretation itu penting dalam membangun atau memulai hubungan baik dengan lawan bicara agar mengurangi dan menghindari miskom. 

Kenapa harus dan wajib banget menghindari miskom...??? Karena hello, kamu tinggal di negara orang dengan latar belakang dan budaya yang berbeda denganmu, so, miskom salah satu yang sering terjadi, dan jika dibiarkan berlarut-larut akan mengganggu kelangsungan sebuah hubungan itu sendiri. Sebagai contoh, banyak banget di asramaku, sesama roommate tidak akur, alhasil banyak yang menginginkan pindah kamar karena tidak betah atau tidak akur dengan roommatenya. Bagiku sendiri sih, memiliki roommate yang berbeda negara sebuah tantangan tersendiri. Tantangannya yaitu untuk mengerti apa yang sebenarnya diinginkan roommateku agar miskommunikasi sebisa mungkin dihindari. Yang namanya kehidupan, tak mungkin selalu mulus, sering sekali aku mengalami miskomunikasi, alhasil aku sering mengevaluasi perilaku dan kata-kata yang aku gunakan sehingga kenapa si roommateku bereaksi berbeda dangan harapan dan ekspektasiku. Disinilah peran kesabaran dan tak mudah marah digunakan dalam menjalani kehidupan. Coba saja bayangkan, jika si dia salah faham dan marah, lalu kita ikut-ikutan terpicu amarah, bisa buyar dan hancur ini kamar, tul gak...???

Oleh karena itu, pembaca setia, kakak-kakak, dan adik-adik sekalian kenapa di awal aku bilang kuliah di luar negeri itu sebuah tantangan besar. Tantangan tentang seni melihat dan memahami maksud seseorang dan seni ketahanan menahan amarah. Jika kalian yang sering uring-uringan, ngambekan gak jelas, suka marah-marah tanpa sebab yang jelas apalagi kekanak-kanakan tapi kepingin banget berkuliah ke luar negeri, pikirkanlah dulu matang-matang. Apakah bisa mengkontrol emosi dalam diri sendiri? Sebab, keberhasilan menjalin silaturahmi dan pertemanan itu adalah kontrol diri (emosi). Yub, pertama pastikan mampu mengontol emosi dalam diri sendiri, sebelum memutuskan langkah selanjutnya untuk terjun ke dalam komunitas internasional yang pasti merupakan tantangan besar. Itulah sedikit sharing dan tip dariku, semoga bermanfaat dan menambah wawasan kalian ya guys, see you another occasion.

0 komentar:

Posting Komentar