Sabtu, 05 Oktober 2013

Postingan ini melanjutkan postingan berikut ini...>>>

Jum'at, 20 September 2013


Pagi-pagi, sesudah bangun tidur, saat "nyawa' masih bertebaran di seantero ruangan, otak masih belom konek, pintu di ketuk, ternyata seorang perawat cowok masuk, sesuai jadwal rumah sakit, aku musti kudu diperiksa tekanan darah dan juga suhu tubuhku, selesai, perawat itu keluar ruangan. Tak lama kemudian setelah sholat shubuh, pintu kamar kembali diketuk, rupanya seorang perawat wanita berumur sekitar 30 tahunan memakai jilbab dan masker di wajahnya bertubuh mungil giliran yang masuk ke dalam ruanganku, dia masuh hanya membawa sebuah suntik kosong dan juga kapas kecil terus sama plester penutup luka berwarna putih (gak tauk namanya apaan dalam dunia kedokteran) datang menghampiri aku, di bilang bahwa Dokter Spesialis Bikin Galau itu mau aku check darah lagi, #gubrakkk. Gak bisa kabur ataopun nolak, yoweslah akhirnya aku nurut saja dan pasang wajah penurut, Lha wong aku sudah sering ikut donor darah dan juga kemaren lusa udah di cek darah, pikirku rasanya bakalan seperti kemaren-kemaren. Darahkupun berhasil diambil, aku hanya mampu menringgis dalam hati, sambil nahan enek juga sih. 

Pukul 06.00 WIB 

Pintu diketuk lagi, kali ini bukan perawat yang masuk ke dalam ruangan, tapi para petugas kebersihan, masuklah seorang lelaki berumur 40 tahunan yang bertubuh sedang dan berkulit gelap masuk ruangan. Dengan cekatan tangannya menyapu dan mengepel seantero ruangan dalam waktu singkat, wuihhh prok..prok..prok.. pokoknya. Setelah itu berturut-turut pegawai Rumah Sakit masuk kali ini nganterin sarapan, sarapannya masih sama, bubur dan lauk-pauknya. Selesai sarapan jatahku buat disuntik lewat infus. Masuklah dokter cewek yang kemarin malam dateng sama Dokter Spesialis Bikin Galau itu, kaeknya dia salah satu kaki tangannya Dokter Spesialis Bikin Galau itu, soalnya tampangnya kliatan banget jarang senyum ataupun jarang bercanda N gak ramah, ucapannyapun hanya yang penting doang, rada ilfill juga sih aku. Setelah dokter cewek itu menyuntikku dia memberitahu ke Bapakku kalo aku nanti siang bakalan melakukan chek up dengan di X-ray. Bapakkupun hanya bisa berho'o-ho'o ria, dan tunduk patuh sama si dokter itu. Ini nih yang bikin aku berkeringat dingin, khawatir pake banget. Kaeknya Dokter itu tau kekawatiranku, maklum aku kan polos jadi ekspresi wajahku jelas telah memberitahunya. Dengan santainya dia bilang kalo foto rongen ato X-ray itu gak bakalan sakit padaku, dalam batin aku berteriak, "Aku tau emang kagak sakiiittt, tapi ngadepi check up itu pake di X-ray segala yang bikin aku ilfill.... hoeeeee....!!!" Setelah itu dia berlalu dan pergi entah kemana.

Pukul 10.30 WIB

Pintu diketuk, saat pintu diketuk kebetulan guru-guru temen satu komplek di sekolahannya Ibuku rame sedang menjenggukku. Ada sekitar 7 orang yang menjenggukku saat itu. Kemudian masuklah perawat bertubuh gempal berambut botak berkulit hitam yang kemaren pertama kali menginfusku. Dia dateng sambil bawa kursi roda kosong dan di tangannya ada selembar amplop putih besar. Dia meminta izin sama Ibuku buat membawa aku periksa X-Ray di bawah di ruang Radiologi Rumah Sakit, tau aku mau dibawa buat periksa. Orang-orang yang sedang menjengukku pada bubar dan pamit mau pulang. Setelah mereka semua pulang, di tuntunnya aku naik ke kursi roda yang dibawa perawat tadi. Amplop putih yang di bawa tadi ternyata surat izin cutiku selama aku masih dirawat di Rumah Sakit. Akhirnya aku di bawa oleh perawat itu ke ruang yang dituju untuk melakukan serangkaian tes kesehatan.

BERSAMBUNG...>>>

0 komentar:

Posting Komentar