Setelah menulis review dari novel tersebut yang niat awalnya ada kutipan-kutipan dari novel "Sunset Bersama Rosie", etapi karena kepanjangan jadi aku menulisnya ke dalam 2 bagian postingan yang terpisah. Review dari novel "Sunset Bersama Rosie" dapat dilihat dan dibaca disini. Bagi pembaca yang lagi galau karena hadirya orang ketiga dalam hubungannya, novel ini sangat cocok untuk bibaca, karena atau mungkin jalan ceritannya sesuai dengan yang kalian alami, hehe...
Dari awal baca novel ini aku sih sangat menikmati hingga lupa mau kasih tanda lipatan-lipatan yang ada kutipan-kutipan yang menurutku menarik. Jadinya aku ulangi deh baca novel ini dari awal hingga akhir. Gak papa juga seh, tapi yaitu butuh banyak waktu, belom lagi ngetiknya bok... Ya sudahlah selamat menikmati...
Dari awal baca novel ini aku sih sangat menikmati hingga lupa mau kasih tanda lipatan-lipatan yang ada kutipan-kutipan yang menurutku menarik. Jadinya aku ulangi deh baca novel ini dari awal hingga akhir. Gak papa juga seh, tapi yaitu butuh banyak waktu, belom lagi ngetiknya bok... Ya sudahlah selamat menikmati...
Okey, untuk lebih lanjutnya yukk simak, kutipan-kutipan dibawah ini dan semoga bermanfaat.
- Bagiku waktu selalu pagi. Di antara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun mengggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi. Pagi, berarti satu malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi; malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan, dan helaan napas tertahan.
- Bukankah semua itu sederhana? Bukankah masalah itu amat sederhana? Meski harus membuat hatiku lebur berkeping-keping.
- Bukankah kebahagiaan mereka sesungguhnya juga kebahagiannku?
- Perasaan kecewa. Rasa sedih. Juga kenangan akan sekuntum kembang edelweis yang terpaksa dilemparkan ke hangatnya air Danau Segara Anakan. Memandang dan merasakannya dari sisi lain ternyata tidak kalah indah dengan semua pengharapan dulu. Tidak kalah indah dengan mimpi-mimpi yang kuanyam selama dua puluh tahun, mimpi-mimpi sepanjang masa remajaku.
- Kali ini, aku tidak membohongi Sakura. Sakura saja harus mengacak-ngacak web-site selama seminggu untuk mendapatkan kembang itu, dikirimkan khusus dari Batu, Malang. Tetapi ya Tuhan, orang-orang jahat itu hanya butuh waktu satu detik untuk mengacak-acak seluruh kebahagiaan Rosie. Mengacak-acak semuanya.
- Ya Tuhan, jangan sedikitpun pikiran buruk itu melintas. Jangan sedikitpun. Aku mohon. Aku sungguh tak kuasa membayangkannya. Anggrek? Sakura? Jasmine? Lili?
- "Rosie, aku mencintaimu. Aku tidak pernah mengerti perasaan itu, tetapi aku mencintaimu sejak kau masih berkepang dua. Sejak kita masih cemong air sawah. Mengejar capung. Menangkapi kodok hijau meski kau jijik sekali."
- Aku tidak tahu apa perasaan itu, Ros. Yang aku tahu aku selalu merasa senang bersamamu. Merasa tenteram dari semua galau. Merasa damai dari semua senyap. Aku merasa kau membuatku setiap hari lebih baik. menumbuhkan semangat, memberikan energi."
- Aku tidak tahu kapan perasaan ini datang, Ros. Mungkin sejak kita dikenalkan satu sama lain oleh Tegar, mungkin saat itu aku sudah terpesona padamu. Mungkin juga dari pertemuan-pertemuan ganjil itu," Nathan tertawa sejenak, "Kita selalu bertengkar untuk urusan sepele setiap kali bertemu, bukan?"
- Aku tidak mengharapkan jawaban apa pun darimu." Nathan menelan ludah, "Tidak, aku tidak mengharapkan jawaban apa pun. Aku menginginkanmu. Itu benar. Aku teramat menginginkanmu. Maksudku dalam artian positif. Menginginkanmu menjadi teman hidup. Melalui hari demi hari bersama-sama. Menjejak sudut-sudut kebahagiaan dan mungkin juga pahit-getir kehidupan. Tapi aku tidak mengharapkanmu aku bersiap melepas semua perasaan ini kalau kau sebaliknya ternyata tidak menginginkannya, melupakannya meskipun aku tidak akan pernah bisa. Ros, kau berhak memutuskan apa yang akan kau tentukan senja ini. Tentu saja, maksudku eh, menentukan nasibku.
- Dua puluh tahun lamanya aku memendam rasa itu. Merasa waktu untuk mengatakannya tidak pernah sempurna. Menunggu. Dua puluh tahun menabur pelan-pelan semua benih. Kebersamaan yang menyenangkan. Bukankah dimana ada Rosie di situ ada aku, dan sebaliknya, dimana ada aku disitu ada Rosie.
- Lihatlah, Rosie juga mencintainya. Aku tergugu. Rosie juga mencintai Nathan. Apa pun bentuk, pengertian, pemahaman, dan entahlah dari Rosie atas cinta, Rosie menerima pernyataan itu. Mengabaikan sunset puncak Gunung Rinjani. Itu sudah cukup. Menjelaskan semua posisi.
- Sayang, mendung tidak bisa diusir dari wajah dengan mandi sejuta kali, tak bisa dikikis dengan sabun setinggi gunung, tetap saja menggelayut.
- Ya Tuhan bagaimana kau harus menjelaskan kalau Nathan sudah pergi? Semua ini sepertinya lebih baik kalau mereka menyaksikannya langsung, seperti Jasmine dan Anggrek. Lebih menyakitkan memang, tapi penjelasan kehilangan itu langsung ditanamkan di kepala mereka. Tanpa perlu pemanis kata, rangkaian kalimat yang diharapkan bisa mengurangi rasa sakit.
- Kata orang bijak, kita tidak pernah merasa lapar untuk dua hal. Satu, karena jatuh cinta. Dua, karena kesedihan mendalam. Aku pernah merasakan dua hal itu sekaligus. Cinta dan rasa sedih. Jadi bayangkanlah betapa tidak pentingnya urusan makan.
- Dengan surat keterangan lulus, karena aku belum sempat mengambil ijazah asli, berusaha mencari pekerjaan. Aku harus segera menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap kali kerinduan itu muncul. Berat sekali melakukannya, karena itu berarti aku harus menikam hatiku setiap detik. Wajah Rosie selalu datang menggangguku.
- Aku bisa mengukir wajahnya di langit-langit kamar. Menatap wajahnya di bening bak air mandi. Di piring kosong. Apa yang bisa kulakukan? Hingga kapan semua ini akan berakhir. Hingga kapan aku bisa melupakannya. Berdamai. Hanya ketika pagi datang, sedikit perasaan lega mengisi sepotong hatiku. Hanya ketika pagi datang, semua sedikit terasa lebih indah. Sedikit saja, tetapi itu menyenangkan. Bagiku waktu selalu pagi. Di antara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun mengggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi.
- Kenapa cinta tidak seperti tes masuk Perguruan Tinggi? Semua orang mennyatakan perasaannya bersamaan, lantas yang bersangkutan memutuskan.
- Lili masih tertidur. Bayi yang hebat, mengerti dalam urusan sepelik ini sebaik-baiknya kelakuan baginya adalah tidur.
- Mereka mencintai keluarga ini. Amat mencintai. Dan sungguh siapalah yang kuasa menatap wajah-wajah sedih dari orang-orang yang dicintainya. Mereka ingin turut merasakan.
- Besok saat matahari pagi muncul, semoga semua kesedihan ini berkurang sedikit. Sedikit saja Tuhan, tidak perlu muluk-muluk.
- Aku mendekap bahu Rosie. Memberikan pegangan. Melangkah pelan menuruni anak tangga. Rosie mengenakan kerudung hitam. Matanya sembap memerah. Tidur semalam baginya hanya kelanjutan menangis dalam bentuk lain. Menangis dalam tidur. Kalau kalian tahu apa maksudnya itu sungguh lebih menyakitkan. Kalian tidur, tapi menangis dalam mimpi. Kalian tidur tapi hati tetap terisak sendu.
- Aku tahu apa artinya sebuah kesedihan, aku pernah mengalaminya. Percuma berdiri di sini sepanjang hari, sepanjang tahun, tidak akan membantu selain waktu. Tetapi agar waktu berbaik hati, kita juga harus berbaik hati kepadanya, dengan menyibukkan diri. Sendiri hanya megundang rasa sesal. Sepi haya mengundang lipatan-lipatan kesedihan lainnya. Apalagi berada di pemakaman ini.
- Kita memerlukan seluruh energi untuk melewati semua ini Lian, kau mengerti?
- Dalam rasa sedih yang mengungkung ada banyak kebiasaan, tabiat, perangai baru yang tidak sadar kita lakukan, baik itu yang baik-baik maupun yang buruk.
- Ini sepotong kebahagiaanku bersama anak-anak. Mendongeng sebelum mereka tidur. Lazimnya hanya Jasmine yang menuntut setiap malam, meski kakak-kakaknya juga pindah ke kamarnya saat aku bercerita. Menatap wajah mereka yang polos. Menatap wajah mereka yang menjanjikan masa depan. Malam ini aku akan mengajak mereka bicara. Mengajak bicara tentang arti kehilangan. Menanamkan betapa kepergian itu indah. Melalui dongeng yang terus terang aku juga belum tahu akan seperti apa bentuknya. Hanya baru menyebut judul, dan gadis-gadis kecil ini terlihat tertarik.
- Itulah buah kesabaran dan ketabahan Nayla. Kepergian Ayah dan Ibunya menjadi jalan kehidupannya agar lebih baik. Dan Nayla tidak pernah berputus asa. Tetap menjadi anak yang baik.
- Kepergian tidak selalu berarti kesedihan berkepanjangan.
- Ada banyak cara menikmati sepotong kehidupan saat kalian sedang tertikam belati sedih. Salah-satunya dengan menerjemahkan banyak hal yang menghiasi dunia dengan cara tak lazim. Saat melihat gumpalan awan di angkasa. Saat menyimak wajah-wajah lelah pulang kerja. Saat menyimak tampias air yang membuat bekas di langit-langit kamar. Dengan pemahaman secara berbeda maka kalian akan merasakan sesuatu yang berbeda pula. Memberikan kebahagiaan utuh yang jarang disadari atas makna detik demi detik kehidupan.
- Bagi anak kecil perjalanan pulang memang selalu menyenangkan. Tidak menduga-duga banyak hal, tidak mendendang kecemasan, prasangka, dan entahlah. Hanya pulang. Bagi orang dewasa perjalanan pulang seperti ritual suci yang penuh perhitungan. Semakin lama perjalanan itu tidak dilakukan, semakin sesak. Penuh helaan napas panjang.
- Bukankah Rosie sudah bisa mendengarkan seluruh pembicaraanku tentang, bertahanlah, Ros. Sekuat yang bisa kau lakukan. Sisanya serahkan pada waktu. Waktu akan mengubur seluruh kesedihan. Waktu akan membakar setiap jengkal rasa saki. Demi anak-anakmu bertahanlah...
- Dan pagi itu, pagi itu aku menyaksikan satu kebaikan-Mu Tuhan. Satu kebaikan yang menyelip di antara semua kejadian menyakitkan seminggu terakhir. Janji masa depan yang hebat. Janji masa depan yang esok lusa membuatku bertahan atas segala kejadian ini. Aku tidak tahu bagaimana Anggrek melakukannya. Gadis kecil itu baru berumur dua belas. tetapi gadis kecil itu melakukan hal yang sungguh mengesankan. Ia menggambil alih urusan.
- Esok lusa aku baru tahu kalau pelukan itu salah-satu terapi yang penting, yang sekaligus membuatku yakin,...
- Anak-anak yang cerdas, anak-anak yang dibiarkan berfikir dengan caranya sendiri, bisa dengan lebih mudah memahami sebuah masalah.
- Kalian lihat kunag-kunang itu. Terbang dengan cahaya di ekornya. Kecil tapi indah. Begitulah kehidupan. Kecil tapi indah. Seekor kunang-kunang hanya bisa menyalakan ekornya semalaman, esok pagi, saat matahari datang menerpa hutan kecil ini, lampu kunang-kunang itu akan padam selamanya. Mati. Pergi. Tetapi mereka tidak pernah mengeluh atas takdir yang sesingkat itu. Malam ini, meski mereka tahu besok akan pergi, mereka tetap riang terbang menghiasi hutan. Menyalakan lampu. Memberi terang sekitarnya.
- Kalian lihat lilin-lilin merah yang dinyalakan Om Lian di resor. Indah. Cahaya kerlap-kerlip. Lilin itu membakar tubuhnya sendiri untuk mengeluarkan cahaya. Begitulah kehidupan. Kita mengorbankan diri kita untuk sesuatu yang lebih indah. Menerangi sekitar, tanpa peduli kalau itu menyakiti kita. Lilin ini hanya hidup semalam, lantas setelah seluruh batangnya habis, nyalanya akan padam. Selamanya.
- Anggrek, Sakura, Jasmine, ayah kalian pergi seperti lilin yang padam.Seperti kunang-kunang yang padam. Tetapi dia pergi setelah mengeluarkan cahaya yang indah. Membesarkan kalian dengan kasih sayang. Membesarkan kalian dengan baik.
- Kau terlalu mencintai anak-anak, Tegar. Sama seperti dulu, kau terlalu mencintai Rosie. Bukankah Oma pernah bilang, kau tidak akan pernah mendapatkan seseorang kalau kau terlalu mencintainya. Cintamu kepada Rosie bahkan tetap lebih besar dibandingkan bila cinta Rosie ke Nathan ditambahkan dengan cinta Nathan ke Rosie.
- Anakku, urusan sepenting ini tidak patut dibicarakan lewat telepon. Kau seharusnya bicara langsung padanya. Kalian merencanakan akan menikah, bukan. Gadis itu berharap banyak padamu. Dan kau sudah sepatutnya berharap banyak pula padanya.
- Bagi seorang gadis, menyimpan perasaan cinta sebesar itu justru menjadi energi yang hebat buat siapa saja yang beruntung menjadi pasangannya, meskipun itu bukan dengan lelaki yang dicintainya. Bagi seorang pemuda, menyimpan perasaan sebesar itu justru mengungkung hidupnya, selamanya.
- Kesibukan fisik dapat membantu banyak memutus kesibukan hati memikirkan banyak hal, pikiran yang hanya mengundang kesedihan.
- Tidak ada cara yang lebih efektif belajar bahasa asing selain dengan hobi. Hobi yang memaksa.
- Bagi kebanyakan orang, dengan membuang seluruh benda kenangan itu dalam gudang akan membantu banyak melupakan kesedihan. Bagiku tidak. Anak-anak harus belajar berdamai. Bukan melupakan. Aku tidak ingin mereka mengulang kesalahan besar yang kulakukan dulu.
- Setiap jengkal sepanjang hari berusaha mengusir bayangan wajah Rosie. Maka setiap jengkal pula bayangan wajahnya memenuhi langit-langit kamar kontrakanku. Tidak. Aku tidak akan pernah bisa melupakannya. Seharusnya kau berdamai dengan semua. Tetapi bagaimana melakukannya? Itu mudah dikatakan tapi menyakitkan dilakukan.
- Berdamai dengan masa lalu yang menyakitkan. Berdamai bukan melupakan.
- Malam ini, biarlah Oma beritahu kau sebuah kalimat dari sedikit kebijakan hidup. Kau tahu Tegar, dua puluh tahun dari sekarang kau akan lebih menyesal atas apa-apa yang tidak pernah kau kerjakan dibandingkan atas apa-apa yang kau kerjakan.
- Aku tahu persis arti kalimat Oma barusan. Menyesali apa yang tidak dikerjakan dibandingkan yang dikerjakan. Aku bahkan dalam segenap rasa putus asa pernah mendesah tentang, kesempatan itu masih ada.
- Setiap pembicaraan punya kesimpulan. Dan itu termasuk untuk pembicaraan yang tanpa kesimpulan sekali pun, kesimpulannya: tidak ada kesimpulan.
- Tuhan, aku titipkan urusan Sekar. Juga seluruh urusan perasaan ini. Aku titipkan. Sama seperti saat aku dulu bersimpuh memohon kekuatan.
- Dan waktu kemudian melesat bagai anak panah. Sungguh waktu melesat bagai anak panah.
- Menangis sajalah, Tegar. Bagi anak-anak, melihat kau menangis itu justru memunculkan kesan yang baik. Kau tetap Paman mereka yang paling hebat meski kau terlihat menangis. Dengan menangis, mereka tahu kalau Paman tercinta mereka ternyata manusia, bukan Superman.
- Cinta itu persahabatan. Semakin mengenal Anggrek dengan seseorang, maka semakin cinta Anggrek dengannya.
- Kupu-kupu beterbangan. Melintas di bebungaan. Semerbak wangi melambai. Menjanjikan kebahagiaan. Kabut memenuhi langit-langit. Putih-indah memesona. Embun merekah kemilau. Menjanjikan kebahagiaan. Cahaya matahari pagi. Melintas di sela dedaunan. Berlarik-larik mengambang. Menjanjikan kebahagiaan.
- Ros, tidak bisakah kau sedikit saja menyadari, kau selalu punya kesempatan meneruskan hidup dengan baik.... Lihatlah aku! Itulah yang kukatakan berkali-kali kepada diriku di malam-malam panjang. Membujuk diri sendiri untuk terus melanjutkan hidup. Tidak mengakhirinya dengan segala kesedihan. Berusaha meneruskan hari meski merangkak. Tahukak kau, saat itu aku juga merasa semuanya sia-sia. Sia-sia ketika aku menyadari ternyata kau mencintai Nathan. Dua puluh tahun yang sia-sia. Lihatlah aku sekarang! Aku tetap hidup. Melalui masa-masa lima tahun yang menyakitkan itu. Padahal kau tahu, semua itu sungguh menyakitkan, karena aku tidak pernah tahu apakah kau pernah sekalipun mencintaiku atau tidak.
- "I bless the day I found you. Let it be me."
- Bukankah Uncle selalu bilang kita tidak boleh melupakan masa lalu. Berdamai tapi tidak melupakan.
- Buat apap aku tahu detail kejadian itu? Untuk memastikan kalau saat itu Rosie tiba-tiba ingin membatalkan pernikahan? Rosie tiba-tiba menangis? Nathan yang juga ingin membatalkan pernikahan? Nathan yang merasa bersalah? Itu semua hanya kemungkinan-kemungkinan yang kupikirkan selama lima tahun. Waktu yang terlalu lama bagi si patah-hati untuk menyusun banyak angan-angan penjelasan yang dipaksakan. Menciptakan mimpi-mimpi yang bisa membujuk hati lega, meski itu semu. Yang bisa membuat bibir tersenyum, meski amat tahu kalau itu dusta dan sekedar ilusi.
- Aku sengaja datang sehari lebih cepat dari jadwal festival karena besok adalah hari yang amat penting bagi anak-anak sekaligus menyakitkan. Mereka harus datang. Mereka karus menyaksikan. Mereka harus tahu indahnya proses berdamai dengan masa lalu. Memaafkan siapa pun yang pernah menyakiti kita.
- Anak-anak harus menyaksikan vonis itu. Memahami indahnya menerima, memaafkan, tapi tidak melupakan.
- Aku menggeleng, Sakura harus ikut. Gadis berumur sebelas tahun itu sambil terisak memakai sepatunya. Patah-patah melangkah ke mobil. Sinag ini, aku tahu Sakura tetap benci menatap pelaku pengeboman yang duduk di depan. Tetap benci atas semua perbuatannya. tetapi ia harus belajar menerima, ia harus mengerti. Anggrek menggenggam tangan Sakura di ruang pengadilan, sejak dari rumah Made. Anggrek tahu dariku kalau genggaman tangan bisa memberikan sugesti, semua akan baik-baik saja.
- Biarlah, biarlah banyak orang belajar dari anak-anak ini. Sungguh orang dewasalah yang banyak belajar kepada mereka.
- "Tahukah kalian, dalam banyak hal justru orang dewasalah yang banyak belajar kepada anak kecil. Mencari kekuatan, inspirasi, kebahagiaan melihat kalian. Termasuk Paman, Paman sungguh tak tahu apa yang akan dilakukan jika kalian tidak ada. Paman sungguh sedih dengan ini semua. Ingin rasanya Paman menangis, dan lihatlah Paman sudah menangis." Aku tertawa getir.
- Kalian akan tumbuh menjadi anak-anak yang mengerti. Mengerti bahwa memaafkan itu proses yang menyakitkan. Mengerti, walau menyakitkan itu harus dilalui agar langkah kita menjadi jauh lebih ringan. Ketahuilah, memaafkan orang lain sebenarnya jauh lebih mudah dibandingkan memaafkan diri sendiri.
- Ayasa benar. Aku tidak harus selalu tampil hebat di depan anak-anak. Tidak selalu harus juara. Menagis misalnya, tidak mengapa mereka melihatku menangis, mereka justru akan belajar banyak dengan melihat aku menangis. Juga urusan lomba layang-layang ini. Mereka tetap bangga, tetap menganggapku Paman paling hebat, keren dan super meski hanya juara dua. Hanya Sakura yang terus mengomel harusnya benang gelasan Uncle Tegar direndam dulu di tumbukan beling, biar tajam, seperti silet, yang lain tidak berkomentar.
- Kalian tahu, penyu adalah binatang paling setia di dunia.
- "Kalian bayangkan, di suatu malam yang lengang dan spesial, malam yang gelap gulita, seekor induk betina penyu datang bertelur di pantai ini, menimbun telurnya dengan pasir, lantas setelah semua selesai, induk penyu pergi. Telur-telur ditinggalkan begitu saja, dibiarkan berjuang sendirian. Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu terlampaui, hingga di suatu pagi yang juga lengang dan spesial, telur-telur itu akhirnya menetas. Kalian mau tahu apa yang terjadi berikutnya?" Mitchell berkata tajam.
- Nah, tukik atau anak penyu yang baru menatap dunia itu kemudian merangkak pelan di atas hamparan pasir. Tahukah kalian, mereka sejak kecil sudah ditanamkan perasaan setia itu. Mengenali aroma lingkungan tempatnya dilahirkan. Mengenali udara, suhu, matahari, angin yang berhembus, setiap jengkal muasal mereka.
- Dengan kaki yang masih lemah, anak-anak penyu itu merangkak perlahan ke tepi pantai. Menjemput janji kehidupan seiring cahaya matahari pagi terbit. Bagai barisan pesawat mereka bergerak menjamah debur ombak pertama. Saat itulah mereka mengikrarkan janji setia. Mereka akan pergi bertualang menjelajahi samudera luas. Beranjak besar. Menjadi penyu remaja. Mengenal setiap sudut kehidupan lautan. Tapi mereka akan pulang suatu saat nanti. Kalian tahu, penyu bisa mengarungi beribu-ribu mil sepanjang tahun. Hingga menjejak belahan benua lainnya. Dan ketika mereka siap untuk mencari pasangan. Penyu-penyu itu akan kembali ke sini. Menunaikan janji setia yang pernah mereka ikrarkan.
- Dan ajaib, inilah yang jarang diketahui banyak orang, penyu hanya memiliki satu pasangan selama hidupnya. Saat mereka kembali untuk pertama-kalinya, mereka secara naluriah, akan jatuh cinta dengan penyu betina yang dulu pertama kali ditemuinya. Saat membentuk barisan di pantai dulu, saat kanak-kanak. Itulah yang akan menjadi pasangan sehidup-semati. Saat mereka bertemu kembali, mereka akan melakukan tarian penyu. Setelah induk betina bertelur, pasangan itu berpisah lagi. Menjelajahi samudera luas.
- Musim berlalu, ketika musim kawin tiba, mereka akan kembali. Kembali meski terluka, tidak peduli batok keras mereka retak, tangan-tangan lumpuh. Kembali menemukan pasangannya dulu. Tidak tertukar. Tidak berganti. Sejauh apa pun mereka menjelajahi lautan. Sejauh apa pun mereka melihat sudut dunia. Secantik apa pun penyu betina lain yang ditemukannya.
- Mereka akan kembali. Kembali ke takdir pasangannya. Karena itulah janji setia penyu. Terucapkan saat kaki-kaki kecil mereka, kaki-kaki kanak-kanak mereka menuju lautan luas. Janji setia pada takdir pasangannya.
- Aku masih duduk. Apa pun alasan Mitchell mengarang cerita itu, cerita Mitchell tetap membuatku berpikir banyak. Penyu-penyu itu kembali, menunaikan janji setia, tidak peduli meski seluruh pantai ini pelan-pelan berubah menjadi pemukiman. Tidak peduli meski harus menempuh perjalanan jauh yang melelahkan dan menyakitkan. Tidak peduli.
- Kebahagiaan dan rasa sedih itu terkadang tidak ada bedanya. Sama-sama membuat tidak bisa tidur. hanya saja rasa bahagia tidak membuat tubuh melakukan gerakan resah atau helaan napas panjang. Rasa gembira hanya membuat sesak.
- Sudahlah, Oma. Aku tidak terjebak. Semua perasaan itu sudah berlalu. Aku mencintai Rosie, tapi itu dalam bentuk yang berbeda. Sahabat dekat. Sahabat yang selalu berbuat baik tanpa berharap apa pun darinya.
- Jangan malu, Tegar, menangis saja. Tak ada salahnya anak-anak melihat kau menangis. mereka akan tetap menganggap kau Paman paling hebat, keren, dan super.
- Menatap ombak bergulung. Satu-dua anak-anak berlarian, ibu mereka kesulitan mengendalikan anak-anaknya. Aku nyengir. Anak-anak itu tidak akan pernah perlu dikendalikan. Anak-anak itu hanya memerlukan pengertian. Lihatlah Anggrek, Sakura, Jasmine, dan Lili. Mereka juga bandel, tapi mereka mengerti apa yang diharapkan dari mereka. Anggrek tumbuh menjadi remaja yang bertanggung-jawab. Sakura tumbuh dengan banyak bakat besar, minggu depan ia akhirnya ikut resital biola ternama. Jasmine tumbuh menjadi anak yang bahkan bisa menerjemahkan perasaan orang lain dengan baik. Memandang masalah dari sudut pemahaman yang terkadang amat mengejutkan. bagi Jasmine hidup adalah kepolosan yang baik. Lili? Aku tidak tahu akan seperti apa ia kelak. Dengan wajah cubby, dengan segala keriangan, Lili akan menutup empat kuntum bunga Rosie dengan baik.
- Entahlah. Yang pasti aku pernah mencintainya. Kami sempat bersama lebih dari empat tahun. Aku mencintainya meski itu dengan pengertian dan pemahaman cinta yang berbeda.
- Malam ini Oma bahagia sekali, Tegar. Oma senang sekali kau akhirnya menelepon. Meski Oma pikir seharusnya kau tidak pernah melakukan itu. Oma cemas telepon ini akan mengembalikan seluruh masa lalu itu. Seharusnya kau tidak pernah memberinya kesempatan untuk kembali, anakku. Sedetikpun tidak. Entahlah Oma tidak tahu apa ini baik atau buruk. Jaga dirimu baik-baik, Anakku.
- Pembawa acara menyebutkan nama Sakura. mengenalkan gadis kecil itu dengan sejarah itu. Aku menggeleng pelan, malam ini semua orang akan tahu, Sakura datang ke sini bukan karena masa lalu menyakitkan itu. Sakura datang karena ia berbakat.
- Lututku gemetar. Aku mengenal kata kesempatan meski tak pernah mengerti arti hakikinya. Apa yang Linda katakan tadi? Malam-malam yang terasa lebih panjang karena helaan napas? Malam-malam sesak. Gerakan tubuh resah. Aku mencengkeram pelan rambutku. Mendesiskan masa-masa getir itu. Aku dulu juga tidak punya kesempatan. Aku dulu juga ingin membakar habis perasaan itu. Tapi Sekar sungguh masih punya kesempatan.
- Aku tidak pernah merasakan bagaimana indahnya dicintai seorang lelaki seperti kau mencintai Rosie. Entahlah apa itu menyenangkan atau menakutkan.
- Aku menelan ludah. Menatap wajah lelah dengan malam-malam menyesakkan. Wajah yang kalah. Tidak kunjung bisa membujuk hati untuk melupakan. Aku mengenalinya. Karena ekspresi muka seperti itulah yang terlihat di cermin kamar kontrakanku selama lima tahun. Wajah yang tidak pernah bisa membujuk hati untuk berdamai.
- Bagi kami jauh lebih baik menikah dengan orang yang mencintai, bukan dengan orang yang dicintai.
- Aku tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Kesempatan. Aku benar-benar tidak mengerti kata itu. Apa kami harus membuat kesempatan itu dengan tangan-tangan ini. Atau kami harus menunggu Kau memberikan kesempatan itu dari langit? Aku dulu tidak pernah punya kesempatan. Atau jangan-jangan maksud kalimat itu, aku tidak pernah punya keberanian untuk membuat kesempatan itu. Aku tidak pernah sanggup mengatakan perasaan itu ke Rosie. Seharusnya aku tetap bilang. Merebut Rosie dari Nathan. Apa pun caranya.
- Ya Tuhan, sejenak aku tiba-tiba merasa mungkin Linda benar. Aku bergetar menerima tatapan itu. Buru-buru menoleh kembali ke depan. Semua ini sungguh omong-kosong. Separuh hatiku menikam separuh hati yang lain. Bagaimana mungkin ketika semua sudah kupastikan aku kembali berharap secuil masa lalu itu? Bagaimana mungkin hatiku menelikung, membujuk kalau aku masih punya kesempatan? Itu hanya kata Linda. Dan sekarang aku menatap wajah Rosie berdasarkan kata-kata Linda. Sama persis saat aku dulu membujuk hatiku berdasarkan prasangka yang kukarang. Dugaan yang kureka. Menyimpul banyak penjelasan. Agar hatiku bisa berdamai.
- Sudah cukup, Mas Tegar. Terlalu lama maka semakin terasa hambar kenangannya, hilang rasa spesialnya. Bagiku jauh lebih menyenangkan menyimpan sepotong kejadian yang hanya selintas terjadinya. Itu akan membuat penasaran saat mengenangnya, bukan? Dibandingkan kejadian yang kita rekam dengan kamera atau foto, yang kita lihat berkali-kali. Tidak ada celah untuk membayangkan lagi kenangan itu.
- Begitulah jauh lebih menyenangkan mengenang sesuatu yang hanya selintas terjadinya. Bahkan dalam banyak kesempatan jauh lebih menyenangkann mengenang sesuatu yang sepantasnya terjadi tapi kita tidak membuatnya terjadi, meski kita bisa dengan mudah membuatnya terjadi.
- Hanya butuh lima belas menit lagi untuk tiba di puncaknya, Mas Tegar. Dan aku bisa berfoto, bilang ke semua orang dengan perasaan bangga bahwa aku pernah menaklukkan puncak Jaya Wijaya. Tapi buat apa? Justru semua itu lebih menyenangkan saat dikenang bahwa aku pernah punya kesempatan menjejak puncak itu, mudah sekali menyelesaikan sepotong sisanya, tapi aku memutuskan untuk cukup. memutuskan kembali. memutuskan hanya mereka-reka seperti apa rasanya saat tiba di puncak.
- Percaya atau tidak, membayangkan seperti apa hebatnya perasaan itu akan jauh lebih hebat dibandingkan kalau aku benar-benar tiba disana, bukan? Bisa jadi aku kecewa setelah benar-benar tiba disana, ternyata semua itu tidak sehebat yang kubanyangkan. Dengan mengurungkan menjejaknya walau tinggal selangkah, semua itu akan membuat kenangan, bayangan dan pengharapan itu tetap istimewa. Tetap hebat seperti yang kubayangkan.
- Aku menelan ludah, benar-benar cara berpikir yang aneh. Memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut. Bagaimana mungkin setelah belasan tahun bertanya ke Tuhan tentang makna kata kesempatan. hari ini ada seseorang, seseorang yang lima belas tahun lebih muda dariku, ringannya bermain-main dengan kesempatan. merasa cukup justru saat kesempatan itu terbuka lebar-lebar. Esok lusa aku baru tahu siapa anak muda tersebut.
- Apakah dunia memang begitu? Kita tidak akan pernah mendapatkan sesuatu jika kita terlalu menginginkannya. Kita tidak akan pernah mengerti hakikat memiliki, jika kita terlalu ingin memilikinya.
- "Bukankah Oma pernah bilang berkali-kali." Oma tetap meneruskan kalimatnya, "Tidak ada mawar yang tumbuh di tegarnya karang, Anakku. Tidak ada. Takdir kalian kejam. Tapi begitulah kenyataannya. Malam ini biarlah Oma menceritakan sepotong kejadian itu. Agar kau mengerti. Tapi apa pun yang kau dengar dari Oma, yakinlah keputusan yang terbaik bagi kau adalah kembali ke Jakarta, menjemput janji kehidupan bersama Sekar. Yakinlah, apa pun yang kau dengar malam ini, pilihan terbaik bagimu tetap kembali ke Jakarta."
- Kau terlampau mencintai Rosie, Tegar. Maka hatimu terkadang sering menipu. Kau dulu sering bertanya apakah kau punya kesempatan? Menurut orang tua ini, kalian berdualah yang justru tidak pernah berani membuat kesempatan itu. Betapa tidak beruntungnya. Kalian menyerahkan sepenuhnya kesempatan itu kepada suratan nasib. Tapi itu tidak buruk. Bukan sebuah kesalahan. Maka biarkanlah seperti itu selamanya. Juga untuk urusan malam ini, biarkanlah seperti itu ...., Andaikata takdir itu memang baik untuk kalian, maka akan ada sesuatu yang bisa membelokkan semua kenyataan. Tapi sepanjang sesuatu itu belum terjadi, maka seperti yang aku bilang, tidak pernah ada mawar yang tumbuh di tegarnya karang, Anakku.
- Oma tahu, kau menyimpan perasaan itu sejak kecil. Masa-masa remaja kalian. Kau sudah amat mencintai Rosie saat itu. Saking besarnya, tidak memberikan kesempatan sedikit pun bagi Rosie untuk sebaliknya mengenali perasaannya kepada kau. Rosie tidak pernah merasa sedetik pun kau pergi darinya. Kau selalu ada saat dibutuhkan... Tahukah kau, Tegar, untuk membuat seseorang menyadari apa yang dirasakannya, justru cara terbaik melalui hal-hal menyakitkan, Misalnya kau pergi. Saat kau pergi, sesorang baru akan merasa kehilangan, dan dia mulai bisa menjelaskan apa yang sesungguhnya dia rasakan.
- Berjanjilah Tegar, apa pun yang kau dengar malam ini, kau akan tetap kembali ke Jakarta. Karena kau menitipkan kesempatanmu pada guratan takdir, maka setelah kau mendengar sepotong kejadian masa lalu itu kau juga tetap akan menitipkan kesempatan itu pada guratan takdir. Jika mawar itu akhirnya tumbuh di tegarnya karang, maka biarlah kuasa Tuhan yang membuktikannya.
- Pernikahan itu berlangsung setelah enam bulan tertunda. Apakah Rosie mencintai Nathan? rasa kekaguman itu tentu saja cinta. Dengan pengertian dan pemahaman berbeda. Tapi seiring waktu, Rosie mulai mampu mendefinisikan banyak hal. Kepergian kau. Maka perasaan itu mulai tumbuh. Subur sekali. Dan betapa tidak beruntungnya, kau kembali Tegar. Kau meneleponku. Seharusnya kau tidak pernah melakukan itu. Rosie menemukan catatan alamat apartemen itu. Dia memaksa Nathan berangkat ke Jakarta saat itu juga.
- Aku titipkan seluruh urusan ini kepada-Mu, Tuhan. Jika Engkau menghendaki mawar itu tumbuh di atas tegarnya karang, maka biarkanlah itu terjadi.
- Linda, Mama dan Papa Sekar menyambut di rumah. Mulai hari ini hingga pernikahan dua hari lagi ada banyak yang harus kulakukan. Aku akan melakukannya karena aku menyukainya. Bukan karena terpaksa.
- "Apa arti kata cinta bagi Ibu?" Anggrek bertanya sekali lagi. "Persahabatan." Rosie menjawab lirih.
- "Dua puluh tahun kelak, aku pasti menyesali telah melakukan ini, Tegar. tetapi, dua puluh tahun kelak juga, aku pasti lebih menyesalinya jika tidak melakukannya." Sekar menahan tangis, tubuhnya bergetar, satu tangannya yang lain meraih lenganku, menatapku, "Menikahlah dengan Rosie, Tegar. Menikahlah. Pagi ini aku paham, aku mengerti, kalian ditakdirkan bersama sejak kecil. Aku sungguh akan belajar bahagia menerimanya, dan itu akan lebih mudah dengan pemahaman yang baru. Aku akan baik-baik saja. Menikahlah!"
0 komentar:
Posting Komentar