Kamis, 18 April 2013

Aku penggemar berat sastra, khususnya 'Novel' aku pecinta novel-novel yang berbau romantis dan yang bersifat lokal (karya Penulis Indonesia, maksudQ). Kalo kalian gag percaya intip aja ada banyak sekali novel-novel bertebaran di kamarQ. Ini intip novel koleksii ku, hehe.


Nah salah satu Penulis favoritQ adalah Bang Tere atau "Tere Liye". Disini aku mau mengkuote apa aja sich, kata-kata bijak dalam novel 'Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah' ini, Hmm bagi yang penasaran gimana sich sampul depan novel tersebut, ini aku kasii gambarnya, I hope you will enjoy it... hehe


Inilah beberapa nulikan kata-kata mutiara yang bertebaran di dalam novel 'Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah'
  1. "Tidak ada yang lebih indah dibanding masa muda. Ketika kau bisa berlari secepat yang kau mau, bisa merasakan perasaan sedalam yang kauinginkan, tanpa takut terkena penyakit fisik atas semua itu. Maka manfaatkanlah dengan baik masa-masa terbaik tersebut.”
  2. “Aku tidak akan merendahkan kehormatan wanita dengan memegang tangannya.”
  3. “Cinta sejati selalu datang pada saat yang tepat, waktu yang tepat, dan tempat yang tepat. Ia tidak pernah tersesat sepanjang kalian memiliki sesuatu. Apa sesuatu itu? Tentu saja bukan GPS, alat pelacak, dan sebagainya, sesuatu itu adalah pemahaman yang baik bagaimana mengendalikan perasaan.”
  4. "Sejatinya, rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi kaupamer-pamerkan. Semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan dia semakin hambar, jangan-jangan kita mengatakannya hanya karena untuk menyugesti, bertanya pada diri sendiri, apa memang sesuka itu.”
  5. “Cinta sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah namanya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Tidak usahlah kau gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Kebetulan yang menakjubkan. Kalau kau tidak bertemu, berarti bukan jodoh. Sederhana bukan?."
  6. “Kau tahu apa yang bisa dengan segera membuat tampang kusutmu mencair seperi mentega lumer di penggorengan, sebal di hati pergi seperti kotoran disapu air? Sederhana. Kau rubah-rubah sikit saja hati kau. Sedikit saja, dari rasa dipaksa menjadi sukarela, dari rasa terhina menjadi dibutuhkan, dari rasa disuruh-suruh menjadi penerimaan. Seketika, wajah kau tak kusut lagi.”
  7. "Benci atau suka itu relatif. Lama-lama terbiasa, lama-lama jatuh cinta. Yang benci jadi cinta, yang cinta jadi benci. Begitulah perasaan bisa menyesuaikan diri begitu hebat."
  8. “Kita hanya bisa berasumsi, tapi asumsi tentang perasaan sama dengan nemebak besok sepitku akan ramai penumpang atau sepi. Serba tidak pasti. Berasumsi dengan perasaan, sama saja dengan membiarkan hati kau diracuni harapan baik, padahal boleh jadi kenyataannya tidak seperti itu, menyakitkan.”
  9. “Sederhana, Nak. Kau bolak balik sedikit saja hati kau. Sedikit saja, dari rasa dipaksa menjadi sukarela, dari rasa terhina menjadi dibutuhkan, dari rasa disuruh-suruh menjadi penerimaan. Seketika wajah kau tak kusut lagi. Dijamin berhasil.”
  10. “Nak, perasaan itu tidak sesederhana satu tambah satu sama dengan dua. Bahkan ketika perasaan itu sudah jelas bagai bintang di langit, gemerlap indah tak terkira, tetap saja dia bukan rumus matematika. Perasaan adalah perasaan, meski secuil, walau setitik hitam di tengah lapangan putih luas, dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit, kehilangan selera makan, kehilangan semangat. Hebat sekali benda bernama perasaan itu."
  11. "Perasaan adalah perasaan, Borno. Orang seperti kau, lebih suka rusuh dengan perasaan itu sendiri. Rusuh dengan harapan, semoga besok ketemu, semoga besok ada penjelasan baiknya. Semoga. Semoga. Kau sibuk sendiri, tanpa menyadari Mei juga sibuk sendiri. Itulah sifat perasaan, butuh waktu, butuh proses."
  12. "Amboi, kalian tahu? Rasa sedih melihat teman baik menangis ternyata bisa berubah menjadi semangat menggebu tiada tara. Rasa pilu melihat teman baik teranianya, bahkan konon bisa mengubah seorang pengecut menjadi panglima perang."
  13. "Semboyan itu agar kita terus berfikir positif."
  14. "Cara terbaik mengembalikan semangat bapak Andi adalah dengan menyertakannya dalam semua kerja keras, pengharapan, dan cita-cita bengkel."
  15. Definisi Cinta menurut Borno tokoh utama dalam novel, "Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah", "Apalah namanya ini? Disebut apakah perasaan ini? Kenapa hatiku macam sayuran lupa dikasih garam, hambar, tidak enak, tidak nyaman? Atau seperti ada tumpukan batu besar di dalamnya, bertumpuk-tumpuk, membuat sempit. Atau seperti ikan diambil tulangnya, kehilangan semangat."
  16. "Banyak sekali orang yang jatuh cinta lantas sibuk dengan dunia barunya itu. Sibuk sekali, sampai lupa keluarga sendiri, lupa teman dekat, lupa sahabat karib. Padahal siapalah orang yang tiba-tiba mengisi hidup kita itu? Kebanyakan orang asing, orang baru."    
  17. "Kau lupa, Borno. Kalau hati kita sedang banyak pikiran, gelisah, ingatlah kita selalu punya teman dekat. Mereka bisa jadi penghiburan, bukan sebaliknya diabaikan. Nah, itulah tips terhebatnya. Habiskan masa-masa sulit kita dengan teman terbaik, maka semua akan lebih ringan. Ah, Andi hebat sekali mengerjai kau hari ini. Kau marah padanya? Buat apa? Dia justru membuktikan hanya teman terbaiklah yang nekat melakukan itu. Dia percaya kau tidak akan bisa benar-benar marah padanya. Bukan begitu?"
  18. “Ketika situasi memburuk, ketika semua terasa berat dan membebani, jangan pernah merusak diri sendiri. Boleh jadi ketika seseorang yang kita sayangi pergi, maka separuh hati kita seolah tercabik ikut pergi. Tapi kau masih memiliki separuh hati yang tersisa, bukan? Maka jangan ikut merusaknya pula. Itulah yang kau punya sekarang. Satu-satunya yang paling berharga.” 
  19. “Cinta adalah perbuatan, bukan cinta gombal, melainkan cinta yang diwujudkan melalui perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah adalah omong kosong.”
  20. “Kalian tahu, cinta sejati laksana sungai besar. Mengalir terus ke hilir tidak pernah berhenti, semakin lama semakin besar sungainya, karena semakin lama semakin banyak anak sungai perasaan yang bertemu. Cinta sejati adalah perjalanan. Cinta sejati tidak pernah memiliki ujung, tujuan, apalagi hanya sekedar muara. Air di laut akan menguap, menjadi hujan turun di gunung-gunung tinggi, kembali menjadi ribuan anak sungai perasaan, lantas menyatu menjadi Kapuas. Itu siklus tak pernah berhenti, begitu pula cinta. Nah, siklus sungai Kapuas ini jauh lebih abadi dibanding cinta gombal manusia. Beribu tahun tetap ada disini, meski airnya semakin keruh. Sedangkan cinta gombal kita? Jangan bilang kematian, bahkan jarak dan waktu sudah bisa memutusnya."  
  21. “Jangan sekali-kali kaubiarkan prasangka jelak, negatif, buruk, apalah namanya itu muncul di hati kau. Dalam urusan ini, selalulah berprasangka positif. Selalulah berharap yang terbaik. Karena dengan berprasangka baik saja, hati kau masih ketar-ketir memendam duga, menyusun harap, apalagi dengan prasangka negatif, tambah kusut lagi perasaan kau. Aku tahu rasa kecewa, tetapi jangan biarkan terlalu. Aku tahu rasa sedih, tapi jangan biarkan menganga dalam. Esok lusa boleh jadi ada penjelasan yang lebih baik. Bersabarlah. Kau paham?"
  22. "Dia benar. Jangan pernah berprasangka negatif, Borno, atau kau akan semakin susah payah emembentengi perasaan dari sifat merusaknya."
  23. "Abang Borno tahu, ada sebuah rahasia kecil di antara para gadis. Jika dia memberikan hadiah sebuah buku pada seorang laki-laki, terlebih buku kesukaan dan hobi laki-laki itu, maka laki-laki itu amat penting bagi gadis itu. Bukan sekedar teman."
  24. “Perasaan adalah perasaan, meski secuil, walau setitik hitam di tengah lapangan putih luas, dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit, kehilangan selera makan, kehilangan semangat, hebat sekali benda bernama perasaan itu. Dia bisa membuat harimu berubah cerah dalam sekejap padahal dunia sedang mendung, dan di kejap berikutnya mengubah harimu jadi buram padahal dunia sedang terang benderang.” 
  25. "Kenapa kau harus marah, Borno. Kan kau bilang hanya itu, tidak lebih, tidak kurang, jadi ya hanya itu. Justru dengan marah dan kesal, orang lain tambah curiga. Cinta bisa tumbuh, hanya butuh sedikit membuka hati."
  26. "Jangan tanya apakah aku rindu pada kau. Itu tidak bisa kujawab dengan kata-kata. Itu hanya bisa kujawab dengan lukisan atau lagu meski aku tidak bisa melukis apalagi menyanyi."
  27. "Seorang pekerja yang baik adalah ketika dia memberikan yang terbaik. Sukses akan datang dengan sendirinya."
  28. “Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan gumpal perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan bakso, suka mesin. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpal perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita besarkan, terus menggumpal membesar. Coba saja kau cuekin, kau lupakan, maka gumpal cinta itu juga dengan cepat layu seperti kau bosan makan bakso.”   
  29. "Kau seharusnya tahu persis, kepergian kau yang tiba-tiba ini bisa membuat hidupku jadi terbalik."
  30. "Kau tanya sendirilah. Ah, sakit perasaan memang kadang bisa membuat badan ikut sakit. Menghela napas terasa berat, menjalankan sepit terasa suram, sepi di tengah keramaian, dan sebaliknya ramai di tengah kesepian."
  31. "Cinta, pernikahan, selalu menyimpan misteri."
  32. "Kau tahu hikmah terbesar sakit, Borno? Bagi bayi, sakit adalah tahapan naik kelas. Sakit sebelum bisa merangkak, sakit sebelum bisa berjalan. Bagi kita yang jelas tidak mengulum jempol lagi, sakit adalah proses pengampunan, Borno. Bersabarlah, semoga Tuhan membalas dengan kabar hebat."
  33. “Cinta bukan kalimat gombal, cinta adalah komitmen untuk saling mendukung, untuk selalu ada, baik senang maupun duka. Jadi berhentilah sibuk dengan galau perasaan kalau kita sebenarnya bahkan mengurus diri sendiri pun belum bisa. Menentukan mana yang baik, mana yang buruk pun masih egois. Uang jajan pun masih minta dengan orang tua. Lebih baik belajar banyak hal, sekolah yang baik, memahami banyak hal, menaati nasehat orang tua, maka besok lusa, akan tiba sendiri masa-masa tersebut. Masa-masa cinta dengan pemahaman yg baik. Akan tiba dengan sendirinya pangeran yang kalian impikan, puteri-puteri yang kalian dambakan."
  34. “Kau tahu jumlah penduduk bumi saat ini? Tujuh miliar, Borno. Lantas, coba kau bayangkan, setiap hari ada berapa orang yang jatuh cinta dan patah hati? Menurut orang tua ini, setidaknya setiap detik ada tiga orang yang jatuh cinta, tiga orang pula yang patah hati. Dengan demikian, satu jam berarti ada sepuluh ribu, satu hari berarti dua ratus ribu pasangan yang jatuh cinta dan patah hati. Bukan main, Borno. Karena kau bisa jatuh hati serta patah hati berkali-kali, tidak macam mati atau lahir yang cuma sekali seumur hidup, jangan-jangan angkanya lebih banyak lagi. Jangan-jangan setiap hari ada seperempat juta manusia yang jatuh cinta sekaligus patah hati. Kaubayangkan, banyak sekali. Ramai sudah langit-langit bumi dengan kalimat ‘aku cinta kau’ atau ‘aku sayang kau’ atau sebaliknya ‘cukup sampai di sini, kita berpisah’. Seperti empat juta manusia setiap hari, Borno. Bayangkan.” 
  35. “Tahukah kau, untuk membuat seseorang menyadari apa yang dirasakannya, justru cara terbaik melalui hal-hal menyakitkan. Misalnya kau pergi. Saat kau pergi, seseorang baru akan merasa kehilangan, dan dia mulai bisa menjelaskan apa yang sesungguhnya dia rasakan.” 
  36. “Kau tahu, Andi, dari begitu banyak kalimat bijak tentang cinta yang kaucatat berbulan-bulan ini, untuk orang seperti kau, cukup camkan saja kalimat yang satu ini, sisanya lupakan. Camkan cinta adalah perbuatan. Nah, dengan demikian, ingat baik-baik, kau selalu bisa memberi tanpa sedikit pun rasa cinta, Andi. Tetapi kau tidak akan pernah bisa mencintai tanpa selalu memberi.”
  37. “Kalian tahu, cinta itu beda-beda tipis dengan musik yang indah. Ya, cinta itu macam musik yang indah. Bedanya, cinta sejati akan membuatmu tetap menari meskipun musiknya telah lama berhenti. Walaupun musik usai, hatimu kan slalu menari." 
  38. "Tidak ada yang mudah dalam cinta. Separuh hatiku bersorak senang. Biarkan semua mengalir bagai Sungai Kapuas. Maka kita lihat, apakah aliran perasaan itu akan semakin membesar hingga tiba di muara atau habis menguap di tengah perjalanan."
  39. "Sepanjang kau punya rencana, jangan pernah berkecil hati. Aku dulu tidak mengerti maksud kalimat itu. Hari ini aku sedikit paham. Aku punya rencana. Tidak besar, juga tidak hebat, tapi rencana itu lebih dari cukup untuk mengusir jauh-jauh perasaan kecil hati. Aku memang tidak kuliah, dan mungkin tidak akan pernah berkesempatan kuliah, tapi enam bulan terakhir aku membaca lebih banyak buku tentang mesin dibanding mahasiswa tahun terakhir. Kita memang tidak punya modal, tapi itu gampang, pasti ada jalan keluarnya. Kita juga tidak punya jaringan, kenalan, tapi itu bisa dibangun perlahan-lahan. Jangan bilang bengkel ini tidak ada masa depannya, Andi. Tentu bapak kau marah besar, bengkelnya dibilang tempat sampah. Bukankah nafkah keluarga kau dari bengkel ini?"
  40. "Percayalah sepanjang kita punya mimpi, punya rencana, walau kecil tapi masuk akal, tidak boleh sekalipun sedih, rasa tidak berguna itu datang menggangu pikiran. Ingat, ini seandainya kau tidak punya rencana itu. Kau tenang saja, rencanaku cukup besar untuk kita berdua. Masa depan yang lebih baik. Masa depan kita yang lebih cerah."

  41. “Kalau memang terlihat rumit lupakanlah. Itu jelas bukan cinta sejati kita. Cinta sejati selalu sederhana."
  42. “Langit selalu mempunyai skenario terbaik, saat belum terjadi maka bersabarlah.“   
  43. “Untuk orang-orang yang jujur atas kehidupan, bekerja keras, dan sederhana, definisi cinta sejati akan mengambil bentuk yang amat berbeda, amat menakjubkan” 
  44. “Ah, cinta selalu saja misterius. Jangan diburu-buru atau kau akan merusak jalan ceritanya sendiri.”  
  45. "Terkadang dalam banyak keterbatasan, kita harus sabar menunggu rencana terbaik datang, sambil terus melakukan apa yang bisa dilakukan."
  46. "Nasehat atau saran yang baik itu kadang mahal sekali harganya. Bukan karena kita harus membayarnya mahal, banyak nasehat itu justeru gratis. Menjadi mahal karena kita baru mau memahaminya, mendengarnya saat semua sudah terlanjur terjadi."
Itulah beberapa nukilan kata-kata mutiara dari novel 'Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah', yang pasti kata-kata mutiara diatas sangat mengena dihatiQ, Hmm... sungguh hebat tuch 'Bang Tere' saluutt dah.... 10 jempol utuk Bang Tere, xixixi.....

0 komentar:

Posting Komentar