Jika aku ingin bercerita tentang sekelumit kisah hidupku, maukah kamu mendengarkannya. Bagi yang belum mengenalku, perkenankanlah aku memperkenalkan diriku. Namaku Putri, anak sulung dari 3 bersaudari. Saya lahir, besar, dan tinggal di Kabupaten Magetan. Kabupaten asri yang berada di lereng Gunung Lawu. Kabupaten ini berada di Provinsi Jawa Timur yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar di Provinsi Jawa Tengah. Yaa, saya lahir di kabupaten kecil, dengan keluarga saya yang juga memiliki kondisi ekonomi pas-pasan semenjak saya kecil. Namun begitu pendidikan adalah hal terpenting di keluargaku. Bagi keluarga besar kami, walau kami semua bukan tergolong orang berada tetapi kami 'mewajibkan' pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Oleh karena itu, semenjak kecil aku terinspirasi untuk dapat meraih pendidikan setinggi-tingginya sampai ke negeri China. Yaa... negeri China, entah mengapa saya terobsesi dengan negeri ini semenjak berumur 6 tahun.
Negeri yang sekarang ini banyak dibenci oleh orang-orang di negeri ini. Di luar kontroversi politik yang tengah terjadi di negeri ini, tak satupun mampu mengubah pandanganku tentang negeri China. Saat aku duduk di kelas 1 SD, aku teringat sekali guru Bahasa Indonesiaku pernah mengajarkan pepatah yang berbunyi, "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China". Aku yang saat itu masih belum mengerti tentang pelajaran geografis dan tak mengetahui bahwa terdapat banyak negara lain selain negeri Indonesia di luar sana, mulai bertanya-tanya apa itu China, apa spesialnya negeri China itu, hingga disebut-sebut bahwa disana banyak kesatria-kesatria tangguh dan orang-orang terpelajar. Lalu, semenjak hari itu juga aku mulai berjanji jika suatu saat nanti aku ingin pergi kesana. Tetapi, hal itu merupakan sebuah kemustahilan, dari mana uang untuk mengantarkanku pergi kesana? saya ini anak dari keluarga yang tidak berada, saat itu sungguh ekonomi keluarga saya dan keluarga besar bapak berada pada masa paling sulit dan pailit. Untuk makanpun susah sekali rasanya. Tapi semua itu tetap saja tak menyurutkan langkahku sedikitpun.
Aku sudah tergila-gila dengan impianku saat itu, hingga saat aku bertambah dewasa aku semakin yakin dan tersadar bahwa itu merupakan mimpi di siang bolong, bahwa impian itu susah sekali diraih. Banyak cobaan dan rintangan menghadang didepan sana. Hingga pada suatu titik aku mempercayai bahwa impianku itu merupakan sebuah kemustahilan untuk diraih. Tetapi tahukah kamu, ternyata Tuhan, Allah SWT itu maha mendengar segala do'a-do'a dan impian umatnya. Di saat saya tidak tahu lagi bagaimana untuk terus melangkah meniti impian ini, datanglah pertolongan-Nya dari orang yang tidak aku sangka-sangka. Ialah dosenku yang memberiku link beasiswa dari pemerintah Tiongkok. Dari sana saya mulai membangkitkan api semangat yang hampir padam karena terjalnya jalan untuk menggapai impian ini. Yaa, siapalah saya ini, gadis biasa dari keluarga yang juga biasa-biasa saja.
Negeri yang sekarang ini banyak dibenci oleh orang-orang di negeri ini. Di luar kontroversi politik yang tengah terjadi di negeri ini, tak satupun mampu mengubah pandanganku tentang negeri China. Saat aku duduk di kelas 1 SD, aku teringat sekali guru Bahasa Indonesiaku pernah mengajarkan pepatah yang berbunyi, "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China". Aku yang saat itu masih belum mengerti tentang pelajaran geografis dan tak mengetahui bahwa terdapat banyak negara lain selain negeri Indonesia di luar sana, mulai bertanya-tanya apa itu China, apa spesialnya negeri China itu, hingga disebut-sebut bahwa disana banyak kesatria-kesatria tangguh dan orang-orang terpelajar. Lalu, semenjak hari itu juga aku mulai berjanji jika suatu saat nanti aku ingin pergi kesana. Tetapi, hal itu merupakan sebuah kemustahilan, dari mana uang untuk mengantarkanku pergi kesana? saya ini anak dari keluarga yang tidak berada, saat itu sungguh ekonomi keluarga saya dan keluarga besar bapak berada pada masa paling sulit dan pailit. Untuk makanpun susah sekali rasanya. Tapi semua itu tetap saja tak menyurutkan langkahku sedikitpun.
Aku sudah tergila-gila dengan impianku saat itu, hingga saat aku bertambah dewasa aku semakin yakin dan tersadar bahwa itu merupakan mimpi di siang bolong, bahwa impian itu susah sekali diraih. Banyak cobaan dan rintangan menghadang didepan sana. Hingga pada suatu titik aku mempercayai bahwa impianku itu merupakan sebuah kemustahilan untuk diraih. Tetapi tahukah kamu, ternyata Tuhan, Allah SWT itu maha mendengar segala do'a-do'a dan impian umatnya. Di saat saya tidak tahu lagi bagaimana untuk terus melangkah meniti impian ini, datanglah pertolongan-Nya dari orang yang tidak aku sangka-sangka. Ialah dosenku yang memberiku link beasiswa dari pemerintah Tiongkok. Dari sana saya mulai membangkitkan api semangat yang hampir padam karena terjalnya jalan untuk menggapai impian ini. Yaa, siapalah saya ini, gadis biasa dari keluarga yang juga biasa-biasa saja.
Foto diambil di depan 'The Bund' Shanghai skyline, dokumentasi pribadi
Tapi memang sungguh Allah Maha Besar, dengan kebesaran-Nya, Allah izinkan kaki berbalut penuh dosa ini menapaki belahan dunia lain yang dijuluki Negeri Tirai Bambu ini. Tahukah kamu, saat burung besi itu perlahan-lahan mulai lepas landas meninggalkan tanah air tercinta ini demi bertolak menuju negeri asing? Air mata di mataku tak henti-hentinya mengalir, mulutku tak henti-hentinya membisikkan rasa syukur yang tiada terhingga. Betapa lamanya saya menunggu momentum ini untuk terjadi di dalam hidupku. Maka setelah saya sampai di universitas tujuan, yang saya lakukan pertama kali yaitu bersujud syukur, berterimakasih kepada pemilik alam semesta ini dengan beribu karunia yang diberikan-Nya kepada saya karenanya saya sampai pada pencapain terbesarku, dialah impianku. Sebuah kemustahilan yang dulu aku sangsikan kemungkinan terjadinya dalam hidupku, namun sekali lagi Allah membuktikan bahwa di Tangan-Nya tiada yang tidak mungkin.
Dengan mengucap syukur yang tiada terhingga, Allah SWT terus saja memberiku kepercayaan-kepercayaan atas amanah lainnya di tahun keduaku menuntut ilmu di negeri tirai bambu ini. Memasuki awal tahun ke duaku, Allah memberiku kejutan lainnya, saya dipercaya menjadi anggota Departemen Pendidikan dan Pengembangan Organisasi, PPI Tiongkok (Persatuan Pelajar Indonesia Tiongkok) tahun 2017-2018.
Foto dokumentasi pribadi : Shanghai Disneyland
Aku pernah berada pada titik terendah, ada pada keadaan terpuruk malah. Maka, saat orang-orang bertanya tentang kisah pencapaian beasiswa, bukannya
sombong atau angkuh karena tidak bisa menjabarkannya satu-satu. Tapi, karena
aku bingung memulainya dari mana. Sejauh yang ku tahu, aku terbangun di
pagi hari dengan impian besar di depan kelopak mataku. Saat usiaku 6 tahun,
aku hanya tahu aku ingin menggapainya, entah bagaimanapun caranya.
Namun saat usiaku bertambah dewasa, aku jadi tahu bahwa impian itu bukan
hanya tentang pencapaian, tetapi juga perjuangan tanpa henti,
cobaan, dan ujian maha dasyat saat menggapainya. Terdengar dramatis
atau melankonis mungkin, ya... inilah aku dan semua kisahku. Orang mungkin
hanya melihatku berhasil meraih mimpi, bertanya bagaimana aku bisa
meraihnya, tapi tak satupun bertanya bagaimana caraku mempertahankannya.
Ahh sudahlah jika kujabarkan satu-satu mungkin kalian tidak akan
percaya. Satu hal yang penting, mimpi itu bukan tentang seberapa tinggi
kamu memimpikannya, tapi seberapa besar jiwa kalian untuk meraihnya.
Bukan isapan jempol rintangan dalam meraih mimpi itu, yang terpenting
adalah bagaimana untuk tidak menyerah. Dalam kasusku, aku tidak bisa
MENYERAH, karena tidak ada jalan lain selain terus untuk bergerak maju.
Pernahkah kalian di dalam kondisi yang mengharuskan untuk tetap bergerak
maju tanpa ada pilihan untuk menoleh ke belakang? itulah keadaanku saat
aku mencoba merealisasikan mimpiku. Jadi, sekali lagi jika ditanya
bagaimana caranya bisa sampai pada titik ini, yang bisa ku jawab aku tak
tahu bagaimana cara untuk menghentikan perjuangan, karena sudah tak ada
lagi pilihan. Kedua, dalam hal apapun selalu libatkan Allah SWT, juga
dalam hal ini, tentang impian kalian. Singkatnya, Allah SWT itu Tuhan
Semesta Alam, di dalam genggaman-Nyalah hidup dan mati kita, begitu juga
dengan mimpi. Maka
0 komentar:
Posting Komentar